JAKARTA - Peristiwa Isra Miraj adalah salah satu mukjizat besar yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Kejadian luar biasa ini memiliki banyak hikmah yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari umat Islam.
Dikutip dari laman NU Online, Rabu (15/1/2025), berikut rangkuman 8 hikmah di balik peristiwa Isra Miraj:
Dalam Surat Al-Isra’ ayat pertama, Nabi Muhammad disebut sebagai ’abdun (hamba). Pilihan kata ini bukan sekadar penyebutan, tetapi sebuah penghormatan terhadap derajat kehambaan di sisi Allah. Dalam peristiwa ini, Rasulullah diberikan pilihan oleh Allah untuk menjadi nabi sekaligus raja atau nabi sekaligus hamba. Nabi memilih untuk tetap menjadi seorang hamba, yang menunjukkan sikap tawadhu’ (rendah hati) dan pengabdian kepada Allah.
Sikap rendah hati ini mengajarkan umat Islam untuk tidak sombong, sekalipun memiliki posisi atau kedudukan tinggi. Tawadhu adalah kunci kemuliaan di sisi Allah dan manusia.
Isra Miraj terjadi pada masa-masa sulit dalam perjalanan dakwah Rasulullah, seperti wafatnya Khadijah dan Abu Thalib yang sangat mendukung perjuangan beliau. Allah memberikan perjalanan ini sebagai bentuk penguatan dan pembekalan spiritual untuk menghadapi tantangan dakwah yang lebih berat di masa mendatang.
Umat Islam diajarkan untuk selalu bersabar dan memperkuat diri dalam menghadapi ujian kehidupan. Perjalanan ini menunjukkan bahwa setiap ujian adalah bentuk persiapan menuju keberhasilan.
Sepulang dari Isra Miraj, Nabi Muhammad dengan berani menyampaikan apa yang dialaminya meskipun dianggap tidak masuk akal oleh masyarakat Makkah. Nabi tetap teguh pada kebenaran meski harus menerima cemoohan dan ejekan.
Hikmah ini mengajarkan umat Islam untuk selalu menyampaikan kebenaran walaupun terasa sulit. Prinsip ini penting, terutama di era modern saat kebenaran sering kali dikaburkan oleh opini atau tekanan sosial.
Peristiwa Isra Miraj menunjukkan pentingnya menerima masukan dan pendapat yang benar tanpa memandang usia, status, atau kedudukan. Dalam Isra Miraj, Nabi Muhammad menjadi imam bagi para nabi sebelumnya, menunjukkan kerendahan hati para nabi terdahulu untuk menerima dan mengikuti kebenaran risalah Nabi Muhammad.
Umat Islam diajarkan untuk terbuka terhadap pendapat yang benar, meskipun berasal dari orang yang statusnya lebih rendah atau berbeda. Sikap ini mendukung kolaborasi dan harmoni dalam kehidupan bermasyarakat.