JAKARTA - Saat bulan Ramadhan, biasanya pihak sekolah menggelar pesantren kilat untuk diikuti oleh siswanya. Di pesantren kilat, para siswa akan mengikuti sejumlah kegiatan ibadah, termasuk mendengarkan kultum.
Berikut contoh kultum pesantren kilat mengenai keutamaan menjaga lisan :
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam. Shalawat serta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.
Pada kesempatan kali ini, mari kita renungkan sebuah tema yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, yaitu keutamaan menjaga lisan. Lisan adalah anugerah dari Allah yang memiliki kekuatan luar biasa. Dengan lisan, kita bisa menyampaikan kebaikan, tetapi juga bisa menimbulkan keburukan jika tidak dijaga dengan baik.
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia mengucapkan perkataan yang baik atau diam.” (Hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim)
Hadits ini mengajarkan kepada kita bahwa setiap ucapan yang keluar dari lisan harus dipertimbangkan. Jika ucapan itu baik, maka sampaikanlah. Namun, jika ucapan itu hanya akan menyakiti orang lain atau mengandung keburukan, maka lebih baik kita diam.
Lisan adalah cerminan hati dan akhlak seseorang. Seseorang yang mampu menjaga lisannya akan dihormati oleh orang lain dan dicintai Allah SWT. Sebaliknya, orang yang sering mengeluarkan kata-kata kasar, menyakiti perasaan orang lain, atau menyebarkan fitnah akan dijauhi dan mendapat dosa besar.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌۗ اِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا
”Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak kauketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isra: 36)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa setiap kata yang kita ucapkan akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu menjaga lisan agar tidak menyakiti orang lain atau menimbulkan dosa.
Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menjaga lisan. Pertama, kita harus selalu berpikir sebelum berbicara. Pastikan setiap kata yang keluar dari mulut kita memiliki manfaat dan tidak menyakiti perasaan orang lain. Kedua, membiasakan diri untuk berkata jujur. Jangan sampai lisan kita digunakan untuk berbohong atau menyebarkan fitnah. Ketiga, menjauhi ghibah atau menggunjing. Menggunjing atau membicarakan keburukan orang lain adalah dosa besar yang harus kita hindari. Keempat, memperbanyak dzikir. Dengan berdzikir, hati dan lisan kita akan senantiasa terjaga dari perkataan sia-sia. Kelima, menjaga adab dalam berbicara dengan menggunakan bahasa yang sopan dan lembut, terutama saat berbicara dengan orang yang lebih tua atau guru. Selain itu, kita juga harus menghindari perkataan yang menyakiti orang lain karena kata-kata yang kasar atau menghina bisa melukai hati dan menimbulkan permusuhan.
Menjaga lisan bukan hanya membawa kebaikan bagi diri sendiri, tetapi juga bagi lingkungan sekitar. Orang yang menjaga lisannya akan mendapatkan pahala dari Allah SWT dan disukai oleh orang lain. Seseorang yang selalu berbicara dengan baik akan disenangi banyak orang dan terhindar dari konflik yang sering kali terjadi akibat ucapan yang tidak terjaga. Dengan menjaga lisan, kita juga akan menjadi pribadi yang lebih bijak karena terbiasa berpikir sebelum berbicara, sehingga lebih dihormati dalam pergaulan.
Menjaga lisan adalah salah satu bentuk akhlak mulia yang harus kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menjaga lisan, kita bisa hidup damai, harmonis, dan terhindar dari dosa yang disebabkan oleh ucapan yang tidak baik. Semoga kita semua dapat mengamalkan ilmu ini dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi pribadi yang lebih baik. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
(Erha Aprili Ramadhoni)