Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

3 Generasi Menuju Tanah Suci, Antara Cinta dan Warisan Iman dari Aceh

Ramdani Bur , Jurnalis-Minggu, 25 Mei 2025 |19:38 WIB
3 Generasi Menuju Tanah Suci, Antara Cinta dan Warisan Iman dari Aceh
Zubaidah (tengah) menjalani ibadah haji bersama ibu (kanan) dan anaknya (kiri). (Foto: Kementerian Agama)
A
A
A

MAKKAH - Di usia yang tidak muda lagi, Zubaidah menapakkan kaki di Tanah Suci bersama ibu dan putrinya. Dari Sabang, mereka bertolak ke Baitullah bukan sekadar untuk menjalankan rukun Islam kelima, tapi juga membawa kisah cinta dan kekuatan iman lintas tiga generasi.

Diuntungkan kebijakan mahram, perjalanan mereka menjadi simbol harapan dan doa yang tak pernah putus. Zubaidah yang kini berusia 62 tahun, merupakan pensiunan guru sekolah dasar.

Zubaidah (tengah) menjalani ibadah haji bersama ibu (kanan) dan anaknya (kiri).
Zubaidah (tengah) menjalani ibadah haji bersama ibu (kanan) dan anaknya (kiri).

Ia berangkat haji tahun ini bersama ibu (Ruhani Usman) yang berusia 83 tahun, serta sang anak Rosmida Muhammad Nursairin (35). Tiga generasi ini berangkat dari kelompok terbang (kloter) BTJ-07 Embarkasi Aceh.

Mereka terbang ke  Baitullah dari Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda pada Sabtu, 24 Maret 2025 malam WIB dan tiba di bandara Jeddah Arab Saudi pada Minggu (25/5/2025) pagi Waktu Arab Saudi. Tiba di Arab Saudi membuat Zubaidah tak kuasa menahan tangis.

"Saya terharu," kata Zubaidah sambil meneteskan air mata.

1. Daftar Haji pada 2012

Zubaidah mendaftar haji pada 2012 bersama sang suami. Namun, tahun lalu sang suami meninggal dunia. "Suami meninggal setahun lalu," kata Zubaidah penuh haru.

Posisi sang suami untuk berhaji kemudian digantikan anaknya, Rosmida. "Kehendak Allah SWT, suami saya meninggal tahun lalu (2024). Jadi anak saya menggantikan almarhum suami," ujar Zubaidah.

"Jadi setelah suami meninggal, saya tanya sama anak, siapa yang mau menggantikan, akhirnya Ros yang menggantikan. Saya juga sudah minta izin sama suaminya Ros, dan diizinkan," cerita Zubaidah.

 

2. Diuntungkan Program Penggabungan Mahram

Berkat program penggabungan mahram, Zubaidah tak hanya pergi haji bersama sang anak. Ia juga dapat mengajak sang ibu, Ruhani, yang sejatinya baru mendaftar haji pada 2017.

Dalam kondisi normal, Ruhani baru bisa berangkat haji pada 2037 atau menunggu 20 tahun. Namun, lewat program penggabungan mahram, Ruhani bisa ikut berangkat tahun ini karena digabungkan porsi keberangkatannya dengan anak kandungnya, Zubaidah.

Kebijakan penggabungan mahram bagi jamaah haji diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nomor 83 Tahun 2024. Beberapa yang diatur dalam kebijakan ini soal penyatuan jadwal keberangkatan bagi suami/istri, anak kandung/orang tua yang terpisah, serta saudara kandung yang terpisah waktu keberangkatannya.

Penggabungan jadwal memungkinkan mahram jamaah haji untuk berangkat haji bersama, meskipun mendaftar pada waktu yang berbeda. Hal itu asalkan memiliki mahram yang sudah lebih dulu terjadwal berangkat. Pengusulan untuk penggabungan mahram bisa dilakukan jika yang bersangkutan sudah mendaftar setidaknya 5 tahun.

(Ramdani Bur)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement