MAKKAH - Jamaah haji Indonesia asal Nabire, Papua, Maharki Ayub, berkesempatan membawa dua istrinya untuk berangkat ke Tanah Suci tahun ini. Bahkan setibanya di Arab Saudi, ia bertanya kepada Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) apakah bisa sekamar dengan dua istrinya atau tidak.
Maharki Ayub tiba di Bandara Internasional King Abdulaziz, Jeddah, Arab Saudi pada Jumat 23 Mei 2025 malam Waktu Arab Saudi (WAS). Menurut pantauan tim Media Center Haji (MCH) 2025 yang di dalamnya terdapat Okezone di lokasi, Maharki Ayub terpisah dengan kedua istrinya.
Di saat Maharki Ayub berada di barisan depan antrean bus yang membawanya ke Makkah, kedua istrinya tertinggal di belakang. Meski begitu, ketiganya tetap menggunakan bus yang sama saat bergerak dari Jeddah ke Makkah.
Pria asal Buru, Maluku ini mencoba bersikap adil kepada kedua istrinya. Tak hanya adil nafkah jasmani dan rohani, tapi juga dalam memberangkatkan haji.
Sejak 2012, Maharki Ayub mendaftar haji termasuk kedua istrinya, Djami Kamri (60) dan Mariati (54). Sekadar diketahui, Djami dan Mariati merupakan istri kedua dan ketiga Maharki Ayub. Istri pertamanya telah meninggal dunia pada 2005, atau ketika usia sang istri 35 tahun.
“Hasil dari tabungan dan sedikit dari hasil usaha kedua istri saya, alhamdulillah bisa melunasi biaya haji sebelum berangkat,” kata ayah 7 anak dari tiga istri ini.
Maharki Ayub sempat bertanya kepada tim Media Center Haji 2025, apakah dirinya bisa satu kamar dengan kedua istrinya di Makkah atau tidak?
"Memang berapa orang satu kamar? Apa bisa saya satu kamar dengan kedua istri saya?,” tanya pria 62 tahun ini.
Meski faktanya tidak bisa satu kamar, Maharki Ayub tidak kecewa. Ia justru membahas kedua istrinya yang akur karena dirinya tidak pernah membeda-bedakan.
“Keduanya akur, karena saya tidak membedakan,” kata Maharki Ayub yang menyibukkan diri dengan berkebun setelah pensiun sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Cerita Maharki Ayub menjadi potret unik dari keberagaman jamaah haji Indonesia. Komitmennya untuk bersikap adil kepada kedua istrinya menjadi bukti semangat ibadah dan kebersamaan bisa terjalin harmonis.
(Ramdani Bur)