JEDDAH – Penantian Susanti Triapriyanti mewujudkan mimpi berangkat haji akhirnya kesampaian. Minggu 25 Mei 2025, Santi -sapaan akrab Susanti Triapriyanti- tiba di Bandara International King Abdulaziz, Jeddah, Arab Saudi bersama rombongan jamaah haji Indonesia Kloter JKS 31.
Tidak sendirian, Santi yang merupakan anak bungsu dari dua bersaudara ini berangkat ke Arab Saudi bersama sang ibunda. Setibanya keluar dari imigrasi Bandara Jeddah, wajah cemas sempat ditunjukkan perempuan asal Bandung, Jawa Barat, tersebut.
Ia panik karena tak kunjung melihat sang ibunda keluar dari area dalam bandara. Di saat bersamaan, Santi sudah diminta Wukala -petugas bandara- untuk bergerak menuju bus yang siap membawa mereka dari Jeddah ke Kota Makkah.
"Maaf saya boleh menunggu ibu saya,” tanya Santi kepada petugas Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daker Bandara yang sedang melayani jamaah lansia dan disabilitas untuk naik ke golf car atau mobil khusus.
"Boleh Teh, silakan, “ jawab seorang petugas.
Tak lama kemudian, ibunda Santi pun keluar. Wajah ceria tak bisa disembunyikannya. “Alhamdulillah ya Allah kami diberi kemudahan mulai dari masuk asrama hingga tiba di Bandara Jeddah. Petugasnya ramah-ramah dan sangat membantu kami. Mama saya diperlakukan dengan baik,” kata Santi.
Awalnya, kedua orangtua Santi yang mendaftar haji. Namun, maut tak bisa ditolak, ayah Santi meninggal dunia. Alhasil, Santi masuk menggantikan posisi sang ayah untuk menunaikan ibadah haji tahun ini.
"Ibu saya awalnya menunjuk kakak saya, namun kakak menolak dengan alasan tertentu. Alhasil ibu meminta saya. Waktu itu saya menolak karena saya tidak mau membebani orangtua yang sudah jauh hari menabung untuk berhaji dan saya juga merasa belum siap,” cerita Santi.
"Antara tidak percaya dan terharu ternyata sampai ke Baitullah itu raut wajah papa selalu terbayang dan papa serasa ada bersama kami di Tanah Suci. Banyak doa yang keluar di bibir ini untuk almarhum papa,” lanjut Santi.
Orangtua Santi bekerja sebagai penjual perlengkapan jenazah atau biasa disebut rampe. Menurut Santi, Orangtuanya sudah berjualan rampe di Kota Bandung sejak 40 tahun lalu. Berbagai peralatan jenazah yang dijual di pinggir jalan Cisadas adalah bunga, kain kafan, tikar hingga kapas.
"Jadi dari nenek sampai ke mama itu sudah berjualan selama 60 tahun. Awal mula pendaftaran saya lah yang mendaftarkan almarhum papa dan mama,” tegas Santi.
Dari berjualan inilah, orangtua Santi bisa menabung untuk menunaikan ibadah haji tahun ini. Setelah menunggu belasan tahun, mimpi itu pun terwujud tahun ini.
Medio 2016, ibu Santi sempat mengalami kecelakaan motor yang mengakibatkan luka serius di lutut dan kaki. Kondisi itu membuat sang ibu harus menggunakan kursi roda. Untungnya, para petugas haji selalu siaga membantu seluruh jamaah, termasuk lanjut usia (lansia) dan disabilitas.
"Alhamdullah petugasnya hajinya baik-baik membuat kita tambah semangat untuk beribadah. Awal mula saya berfikir pasti repot nemani mama yang duduk di kursi roda. Ternyata semuanya dipermudah dan menyenangkan di Tanah Suci ini. Terima kasih petugas haji Indonesia,” tutup Santi.
(Ramdani Bur)