Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Rahasia di Arafah: Kenapa Hanya Menjalankan Wukuf Saja? 

Tim iNews Media Group , Jurnalis-Selasa, 27 Mei 2025 |17:23 WIB
Rahasia di Arafah: Kenapa Hanya Menjalankan Wukuf Saja? 
Padang Arafah akan menjadi lokasi wukuf seluruh jamaah haji dari seluruh dunia/Foto: Ramdani Bur-Okezone
A
A
A

SALAH satu rukun haji yang paling utama dan menjadi penentu sah atau tidaknya ibadah haji adalah wukuf di Arafah. Rasulullah SAW bersabda, "Al-Hajju ‘Arafah" yang artinya "Haji itu (adalah) Arafah" (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud). 

Ini menunjukkan bahwa inti dari pelaksanaan ibadah haji terletak pada pelaksanaan wukuf di Padang Arafah, bukan pada banyaknya aktivitas fisik atau ritual lain yang dilakukan pada hari itu.

Wukuf secara harfiah berarti "berhenti" atau "berdiam", namun secara teknis, wukuf di Arafah adalah kehadiran seorang jamaah haji di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, dari waktu tergelincirnya matahari (dzuhur) hingga terbit fajar keesokan harinya. 

Tidak ada aktivitas ibadah besar lain yang dilakukan selain berdiam, berdoa, berdzikir, dan bermuhasabah di tempat itu.

Secara syariat, wukuf merupakan bentuk ketaatan yang bersifat simbolik dan spiritual. Para ulama menjelaskan bahwa ibadah ini tidak mengharuskan gerakan atau ritual khusus selain kehadiran fisik dan kekhusyukan hati. 

Hal ini menegaskan bahwa dalam Islam, kedekatan kepada Allah tidak selalu ditentukan oleh banyaknya gerakan, melainkan oleh kehadiran hati dan ketulusan niat.

 

Dalil lain yang menguatkan pentingnya wukuf di Arafah adalah hadis dari Aisyah RA yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW hanya melakukan wukuf di Arafah tanpa puasa, tanpa banyak amalan zahir lainnya, namun beliau berdoa dan berzikir dengan khusyuk.

Bahkan dalam hukum Islam, tiap-tiap jemaah haji yang sedang wukuf dilarang untuk mengerjakan puasa Arafah. Hal ini kontradiktif dengan umat Islam yang tidak menjalankan ibadah haji yang disunnahkan berpuasa di hari Arafah. 

Ini menandakan bahwa wukuf merupakan momen penghambaan yang murni, tanpa harus disibukkan oleh aktivitas lain.

Hikmah dari pelaksanaan wukuf yang sederhana ini adalah memberikan kesempatan kepada setiap jamaah untuk fokus sepenuhnya kepada Allah. Di tengah kelelahan fisik setelah beberapa hari menjalankan ibadah haji, hari Arafah menjadi titik refleksi rohani. Tidak ada aktivitas yang memecah konsentrasi. Semua jamaah disatukan dalam satu kesadaran: meminta ampunan dan rahmat Allah.

Selain itu, wukuf di Arafah menyimbolkan mahsyar, yakni hari ketika seluruh manusia dikumpulkan di padang terbuka pada Hari Kiamat. Jamaah haji dari berbagai belahan dunia, tanpa memandang ras atau status sosial, berdiri bersama dalam pakaian ihram yang sama. Ini mengajarkan makna kesetaraan, kehambaan, dan pengharapan yang sama kepada Sang Pencipta.

Kesunyian dan kesederhanaan Padang Arafah menciptakan suasana kontemplatif yang mendalam. Di tempat inilah Nabi Muhammad SAW menyampaikan khutbah terakhirnya yang sarat dengan pesan-pesan moral dan spiritual. Oleh karena itu, wukuf juga menjadi momen pengingat akan pesan-pesan kenabian dan warisan Islam.

Para ulama juga menyebutkan bahwa tidak adanya aktivitas lain pada hari Arafah memberi kesempatan kepada setiap jamaah, bahkan yang sakit atau terbatas fisiknya, untuk menjalankan rukun ini dengan mudah. 

 

Syarat sah wukuf hanya kehadiran di Arafah dalam waktu yang telah ditentukan. Ini mencerminkan kasih sayang syariat Islam kepada umatnya.

Dengan demikian, wukuf di Arafah bukan hanya sekadar berhenti atau hadir secara fisik, tetapi menjadi momentum spiritual tertinggi dalam perjalanan haji. 

Di momment ini tiap-tiap jemaah haji melakukan pengakuan total atas kelemahan diri, perenungan akan dosa-dosa, dan permohonan ampunan yang tulus kepada Allah. Inilah sebabnya, meskipun hanya “wukuf”, nilai ibadah ini begitu agung.

Jadi, wukuf di Arafah adalah bukti bahwa esensi ibadah dalam Islam bukan pada gerak atau bentuk semata, melainkan pada kehadiran hati dan kesadaran akan hubungan hamba dengan Tuhannya. 

Inilah momen terpenting dalam haji, dan oleh karenanya, cukup dengan wukuf saja, seorang muslim telah memenuhi inti dari rukun haji tersebut. Wallahu a'lam

M. Ishom el Saha
Guru Besar UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

(Fetra Hariandja)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement