JAKARTA - Mabrur adalah istilah yang sering kita dengar ketika membicarakan ibadah haji. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mabrur berarti "diterima oleh Allah SWT" atau "baik".
Ucapan "semoga menjadi haji mabrur" umum disampaikan kepada para jamaah haji yang baru kembali dari Tanah Suci. Ini sebagai doa agar ibadah mereka diterima dan mendapat balasan terbaik dari Allah SWT.
Dilansir dari NU Online, Kamis (12/6/2025), secara bahasa haji mabrur berarti haji yang baik atau yang diterima oleh Allah SWT. Sementara menurut istilah syar’i, haji mabrur adalah ibadah haji yang dilaksanakan sesuai petunjuk Allah dan Rasul-Nya, memenuhi syarat, rukun, dan kewajiban haji, serta menjauhi segala larangan selama beribadah.
Haji dijalankan dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan semata-mata karena Allah.
Secara lebih dalam, haji mabrur tidak hanya berdampak pada diri sendiri, tetapi juga membawa manfaat bagi orang lain di sekitarnya. Orang yang mendapatkan predikat ini akan menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik dalam perilaku dan kehidupan sehari-hari.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan, satu-satunya balasan yang pantas bagi haji mabrur adalah surga.
"Tidak ada balasan (yang pantas diberikan) bagi haji mabrur kecuali surga." (HR Bukhari)
Hal ini menunjukkan betapa agung dan mulianya ibadah haji yang dilaksanakan dengan sempurna dan diterima Allah SWT.
Meskipun hanya Allah yang mengetahui siapa yang benar-benar mendapatkan predikat haji mabrur, Rasulullah SAW telah memberikan beberapa ciri sebagai pedoman umatnya. Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dan juga dicatat dalam Umdatul Qari oleh Imam Badrudin Al-Aini, Rasulullah SAW menjelaskan tiga tanda orang yang hajinya mabrur, sebagai berikut:
1. Santun dalam bertutur kata (thayyibul kalam)
2. Menebarkan kedamaian dan salam (ifsya’us salam)
3. Peduli terhadap sesama, seperti memberi makan kepada yang membutuhkan (ith’amut tha’am)
Dengan kata lain, haji mabrur tidak hanya diukur dari ritual ibadah yang sah, tetapi juga dari perubahan sikap dan kontribusi sosial setelah kembali dari Tanah Suci.
(Erha Aprili Ramadhoni)