Aspek akhlak mulia kedua yang disorot adalah Rasulullah SAW adalah pribadi yang menyenangkan bagi para sahabatnya. Nabi Muhammad SAW bukanlah pemimpin yang ditakuti. Sebaliknya, Rasulullah adalah pemimpin yang selalu dicintai dan dirindukan. Para sahabat selalu ingin berada di dekat beliau untuk bercerita dan didengarkan.
Dalam sebuah hadis riwayat Jabir bin Sumroh, Jabir mengaku telah duduk di forum (halaqah) Rasulullah lebih dari 100 kali. Ketika para sahabat bertukar syair atau bernostalgia mengenai masa Jahiliyah, Rasulullah diam saja (wahua sakitun), mendengarkan, dan sesekali melempar senyum sebagai bentuk apresiasi.
Rasulullah SAW digambarkan sebagai pribadi yang bassam (suka tersenyum). Walaupun beliau juga dikenal suka menangis ketika bermunajat di malam hari; saat bersosialisasi dengan para sahabat, Nabi Muhammad adalah orang yang paling suka tersenyum.
Ini memberikan pelajaran penting dalam kepemimpinan. Seorang pemimpin memang harus memiliki kemampuan berbicara dan berpidato, tetapi kemampuan mendengarkan dan membiarkan orang lain berekspresi juga sangat diperlukan. Rasulullah mencontohkan sikap tawadhu (rendah hati) dengan tidak mau menjadi pusat perhatian atau mendominasi sebuah perkumpulan atau forum.