Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

5. QS. Al-Maidah

(Jamuan (Hidangan Makanan))
Madaniyyah - 120 Ayat
24
قَالُوۡا يٰمُوۡسٰٓى اِنَّا لَنۡ نَّدۡخُلَهَاۤ اَبَدًا مَّا دَامُوۡا فِيۡهَا‌ فَاذۡهَبۡ اَنۡتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَاۤ اِنَّا هٰهُنَا قَاعِدُوۡنَ
Qaaluu yaa Muusaaa innaa lan nadkhulahaa abadam maa daamuu fiihaa fazhab anta wa Rabbuka faqaatilaaa innaa haahunaa qaa'iduun
Mereka berkata, “Wahai Musa! Sampai kapan pun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja.”
Anjuran dua orang utusan itu tidak dapat mempengaruhi kaumnya dan tidak mengubah semangat mereka. Oleh karena itu setelah anjuran itu, mereka mengulangi ucapan mereka kepada Nabi Musa bahwa mereka selamanya tidak akan masuk Kanaan selama kaum raksasa dan angkuh penduduk negeri itu masih berada di sana. Mereka menandaskan bahwa jika Nabi Musa tetap berkehendak akan memasuki tanah Kanaan, maka biar Nabi Musa sajalah bersama bantuan Tuhan yang akan memerangi kaum itu, sedangkan mereka tetap membangkang tidak mengikuti Musa memasuki Kanaan. Jawaban mereka ini menunjukkan kedangkalan pikiran dan kekerdilan mereka. Memang mula-mula mereka telah menyembah Allah mengikuti Nabi Musa, kemudian mereka berusaha menyembah anak sapi mengikuti ajakan Samiri. Memang kaum Yahudi itu biasa membangkang terhadap Nabinya, malah kadang-kadang membunuhnya.