DEBU-debu bertebaran ramah menyapa. Tak perlu kendaraan berat yang melintas untuk mengepulkan debu. Saat orang berjalan pun, debu sudah mengepul mengikuti langkahnya, mengingat jalanan di permukiman etnis Rohingya memang berasal dari tanah coklat bercampur pasir.
Begitu pula dengan panasnya matahari yang turut memicu keringat dan membasahi tubuh. Menghadirkan tantangan lebih saat menjalankan puasa di kawasan tersebut. Ya, kondisi tersebut nyata terasa saat kita blusukan di kampung Muslim Rohingya di kawasan Sittwe Township, Rakhine State, Myanmar, pada Jumat lalu (17/5/2019).
Selain durasi puasa yang lebih panjang dari Indonesia, kondisi nyata di kawasan tersebut mewarnai Ramadan tim Dompet Dhuafa yang mengawal program Ramadan di Pengungsian dan pembagian Parsel Ramadan untuk Rohingya.
Menjalankan ibadah puasa Ramadan di negeri orang tak semudah di negeri sendiri. Terlebih muslim di negara tersebut tergolong minoritas. Selain cuaca, kondisi geografis dan sosial, makanan menjadi tantangan baru tim Dompet Dhuafa saat mengemban amanah para donatur menyalurkan semangat #JanganTakutBerbagi-nya untuk saudara muslim di Rohingya.