Ia menduga, Gus Dur memiliki persediaan humor yang terlalu banyak sehingga membuatnya terdesak untuk melepaskan humornya.
"Dengan kepala negara dan kepala pemerintahan hampir setiap kali bertemu selalu ada lelucon yang disampaikan. Semua ikut tertawa. Tidak ada yang keberatan atau melecehkan," ucapnya.
(Dyah Ratna Meta Novia)