Suatu hari ada seorang pemuda saleh yang merupakan santri seorang syekh. Namun suatu ketika pemuda itu jatuh sakit sehingga gurunya pun menengoknya.
Syekh Al-Fudlail bin 'Iyadl akhirnya mengunjungi pemuda saleh yang sakit itu. Ia merupakan muridnya.
Namun sungguh disayangkan, pemuda itu tengah sekarat. Perlahan-lahan sang guru pun menuntunnya mengucapkan dua kalimat syahadat.
Sayangnya, lidah sang pemuda itu seperti terkunci tiap kali melantunkan kalimat suci itu. "Aku tak sanggup mengatakannya. Aku sudah terlepas darinya," kata muridnya.
Syekh Al-Fudlail mengetahui bahwa muridnya tersebut merupakan pemuda yang sangat saleh. Ia tak pernah berpikir muridnya akan mengalami akhir hayat yang menyedihkan seperti itu.
Syekh Al-Fudlail pun keluar dari rumah sang murid dengan kondisi mata memerah. Ia tak kuasa menahan tangis.
Pada hari berikutnya Syekh Al-Fudlail berjumpa dengan sang murid dalam mimpi. Ulama sufi ini melihat muridnya itu sedang diseret ke neraka.
"Wahai muridku, mengapa ma'rifatmu kepada Allah bisa tercerabut?" tanya Syekh Al-Fudlail.
"Wahai guruku, aku pernah didera sakit, lantas aku datang ke salah seorang tabib (dokter). Sang dokter menasihatiku agar meminum khamar setahun sekali. Menurutnya bila aku tidak melakukannya maka penyakitku akan tetap menyakitiku," kata sang murid.