Epilepsi telah bersemayam di tubuh Iing Solihin, 16 tahun, sejak enam tahun lalu. Penyakit ini membuat badannya kaku tak berdaya. Akibatnya ia butuh kursi roda untuk keluar rumah.
Sudah lebih dari satu tahun Iing terbaring di tempat tidur sederhananya yang terletak di ruang tamu akibat epilepsi yang dideritanya. Kursi roda satu-satunya harapan agar ia bisa keluar dari rumahnya.
Parahnya lagi, mulut remaja asal Ciamis itu juga kaku dan tak dapat difungsikan dengan baik. Hal itu membuat Iing harus memasukan makanannya melalui selang yang terpasang ke dalam hidungnya.
Sang ayah, Udia, 55 tahun, yang kesehariannya menjual kerupuk hanya bisa pasrah atas kondisi anaknya tersebut. Udin dan sang istri, Enong Kurniasih, 45 tahun, berharap anak tercintanya itu memiliki kursi roda untuk bisa bangkit dari tempat tidur.
Mereka mengaku belum mampu membelikannya lantaran hasil menjual kerupuk saja kadang tak dapat memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Atas dukungan donatur melalui Sedekah Online kini Iing sudah punya kursi roda.
"Alhamdulillah ya Allah, rasanya saya mimpi Iing punya kursi Roda. Sudah dari dulu saya ingin membelikan kursi roda, tapi tak mampu beli," tutur Enong sembari memeluk erat Iing disertai derai haru air mata bahagia.
Iing merupakan salah satu anak yang mendapat manfaat dari Program 100 Kursi Roda untuk Disabilitas. Program ini digulirkan untuk anak-anak disabilitas yang tetap semangat menjalani kehidupan meski dalam keterbatasan.