Isi surat Kartini kepada Stella mencerminkan bahwa ia begitu sangat kritis terhadap ilmu agama. Kartini tidak mau sembarang mempelajarinya, sebab itu semua berkaitan besar dengan akidah atau akhlak manusia yang sudah tertulis di dalam Al-Qur’an. Apalagi saat itu belum ada terjemahan Al-Qur’an ke bahasa Melayu.
Akhirnya Mbah Sholeh Daratlah menjadi guru pilihan Kartini untuk mempelajari ilmu tafsir Al-Qur’an, di mana menurutnya hal itu bukan pelajaran yang mudah dan harus dipelajari dengan orang yang tepat seperti Mbah Sholeh Darat.
(Abu Sahma Pane)