Muslim Rohingya: Idul Fitri Tahun Ini Terburuk dalam Hidup Saya

Rizka Diputra, Jurnalis
Kamis 28 Mei 2020 08:04 WIB
Seorang muslim Rohingya sedang khusyuk berdoa (Foto: AFP)
Share :

PERAYAAN Idul Fitri bagi muslim Rohingya di kamp-kamp pengungsi Bangladesh dibayangi momok menakutkan berupa virus corona alias Covid-19. Salah satu muslim Rohingya di sana bahkn menyebut perayaan Idul Fitri tahun ini menjadi festival keagamaan terburuk yang pernah ada.

“Ini adalah Idul Fitri terburuk yang pernah saya alami dalam hidup saya. Karena situasi Coronavirus, saya kehilangan pekerjaan sementara saya dan tidak ada uang di tangan. Jadi, saya tidak bisa membeli apa pun untuk ketiga anak saya,” kata Mohammad Hashem, melansir Arab News, Kamis (28/5/2020).

Mantan sukarelawan agen bantuan internasional berusia 32 tahun itu mengatakan, ia bahkan telah menggadaikan perhiasan emasnya seharga 100 dolar sehingga dia bisa membuat Idul Fitri jadi spesial bagi anak-anaknya.

Baca juga: Merasakan Puasa Ramadan Bersama Etnis Rohingya di Rakhine State

“Saya membawa beberapa baju baru untuk putra dan putri saya dengan uang itu. Sisanya saya habiskan untuk mengatur beberapa hidangan Idul Fitri khusus untuk keluarga,” tambahnya.

Sementara itu, pejabat pemerintah setempat menyebutkan bahwa pada Selasa lalu sebanyak 25 kasus Covid-19 telah dilaporkan di kamp-kamp, ​​setelah infeksi pertama di antara muslim Rohingya terjadi pada pertengahan Mei.

Ini mengakibatkan lebih dari 15.000 orang dikarantina karena pihak berwenang juga berjuang untuk menahan wabah di kamp-kamp Cox's Bazar yang berpenduduk padat yang menampung lebih dari 1 juta pengungsi.

Komisioner Komisi Pengungsi dan Pemulihan Bangladesh (RRRC), Kazi Mohammad Mozammel Huq mengatakan, pihaknya akan memfokuskan penerapan jaga jarak sosial pada titik kritis ini.

"Doa Idul Fitri khusus juga diselenggarakan sesuai dengan arah ini dan Rohingya mempersembahkan doa Idul Fitri dalam kelompok yang berbeda daripada berkumpul pada suatu waktu," kata Kazi.

Para pejabat mengatakan peningkatan infeksi dan kurangnya alat tes COVID-19 berarti sejumlah sampel yang cukup besar belum diuji.

Baca juga: Kisah Sedih Gadis Rohingya, Dikeluarkan dari Kampus karena Etnis

Sedangkan kepala petugas medis untuk distrik Cox's Bazar, Mahbubur Rahman, berujar saat ini pihaknya memiliki 1.200 sampel yang menunggu untuk diuji. Rata-rata pihaknya dapat menguji maksimal 190 sampel per hari.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya