HUBUNGAN antarkelompok etnis dan agama di Timur Tengah, Amerika Serikat, dan Uni Emirat Arab dilaporkan memburuk. Di ketiga negara itu ada pergolakan antar-umat beragama serta warga berkulit hitam dan coklat dengan mereka yang berkulit putih.
Apa yang dibutuhkan sekarang lebih dari sebelumnya, yakni panutan yang ajarannya melawan kefanatikan dan tindakannya menjadi model koeksistensi. "Saya percaya bahwa panutan tidak lain adalah Nabi Muhammad," ungkap sosiolog Dr Craig Considine, dikutip dari About Islam, Rabu (10/6/2020).
Ia menerangkan, sekira 1.400 tahun sebelum gerakan hak sipil di Amerika Serikat dan kampanye anti-apartheid di Afrika Selatan, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam sudah lebih dulu menangani masalah xenophobia dan prasangka di Arab Saudi.
"Dalam tulisan singkat ini saya menyoroti bagaimana Nabi berperang melawan gagasan untuk menghakimi individu dan kelompok hanya berdasarkan warna kulit dan keturunan mereka," jelasnya.
Dia menyatakan pandangan antirasis yang dicontohkan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam terlihat dalam persahabatannya dengan Bilal bin Rabah, seorang budak kulit hitam yang naik ke posisi terdepan dalam komunitas Muslim Arab pada abad ke-7.
Dr Craig melanjutkan, satu kisah menceritakan bagaimana Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam membela Bilal setelah Abu Dharr Al Ghifari, salah satu sahabat, menyebut Bilal "putra seorang perempuan kulit hitam".
Terganggu dengan penekanan mengidentifikasi orang-orang dengan warna kulit, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam mengkritik Abu Dharr dengan mengatakan, "Kamu adalah pria yang masih memiliki sifat ketidaktahuan dalam dirinya."
Referensi Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam tentang ketidaktahuan Abu Dharr mengacu pada masa "pra-Islam" dari jahiliah, sebuah istilah Arab yang berarti "keadaan ketidaktahuan bimbingan Allah Subhanahu wa ta'ala".
Periode sejarah tanah Arab sebelum kedatangan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam ini ditandai oleh tindakan "pelanggaran hukum", seperti dijelaskan dalam kitab suci Alquran. Mentalitas antirasis Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam membantu orang-orang Arab keluar dari kegelapan ini dan masuk ke cahaya melalui membimbing ke jalan keadilan dan kesetaraan.