Dalam kitab Tazkiyatun Nafs, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, berdasarkan ketentuan syariat, cemburu dapat dibagi menjadi dua, yaitu cemburu yang terpuji dan cemburu yang tercela.
Cemburu yang Terpuji
Rasa cemburu ini yang sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa ta’ala dan sunah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam. Di antara contoh-contoh cemburu yang terpuji adalah:
1. Cemburu terhadap hal-hal yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.
2. Cemburu terhadap kehormatan. Orang mukmin harus cemburu terhadap anggota keluarganya jika ada salah satu seorang di antara mereka yang mengotori kemuliaan atau kehormatan diri.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
ثَلَاثَةٌ لَا يَنْظُرُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: الْعَاقُّ لِوَالِدَيْهِ، وَالْمَرْأَةُ الْمُتَرَجِّلَةُ، وَالدَّيُّوثُ
Artinya: "Ada tiga orang yang tidak akan Allah lihat pada hari kiamat: Orang yang durhaka kepada kedua orangtuanya, wanita yang meniru gaya lelaki, dan dayuts." (HR Ahmad 6180, Nasai 2562, dan disahihkan Syuaib Al Arnauth)
3. Cemburu terhadap waktu. Waktu merupakan sesuatu yang paling berharga bagi ahli ibadah. Dia tentu akan cemburu jika kehilangan waktu. Sebab sekali saja kehilangan waktu, dia tidak akan dapat kembali lagi.
Cemburu yang Tercela
Cemburu yang tercela adalah cemburu yang berada pada kondisi kejiwaan yang hina dan yang tidak dikekang oleh ketentuan-ketentuan syariat. Maka tidak heran jika pelakunya terseret pada kebinasaan.
Contohnya, rasa cemburu seorang istri yang berlebihan kepada suaminya atau sebaliknya. Sehingga di dalam dirinya hanya terdapat zhan (prasangka) negatif (suuzan) terhadap suami atau istrinya yang tidak bisa ditawar dan seakan-akan tidak ada keraguan lagi.
Dalam sebuah hadis disebutkan, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam bersabda:
"Ada jenis cemburu yang dicintai Allah Subhanahu wa ta’ala, adapula yang dibenci-Nya. Yang disukai, yaitu cemburu tatkala ada sangkaan atau tuduhan. Sedangkan yang dibenci, yaitu adalah yang tidak dilandasi keraguan." (Sunan Al Baihaqi: 7/308)
Cemburu karena karena hawa nafsu dan tanpa bukti dapat menghancurkan rumah tangga yang rapuh. Seorang Muslim dan Muslimah yang bertakwa akan menjaga lisannya dari membicarakan hal-hal yang diharamkan akibat kecemburuan yang disebabkan oleh zhan.
Ia juga tidak akan melepaskan perasaan cemburunya secara liar demi menjalankan firman Allah Azza wa Jalla:
إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa apabila mereka ditimpa waswas dari syaitan, mereka ingat kepada Allah Subhanahu wa taala. Maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya." (QS Al A’raf: 201)
Bukan berarti kita tidak boleh cemburu. Rasa cemburu bukanlah sesuatu hal yang buruk dan harus dihilangkan atau ditolak, namun semua itu harus berdasar kepada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam syariat.