Masjid dengan luas 150 meter persegi ini dahulu digunakan sebagai tempat syiar Islam yang dilakukan Sunan Gunung Jati bersama pengikut setianya.
Uniknya, masjid yang juga dikenal sebagai tempat pengesahan Walisongo ini memiliki puluhan mangkuk atau piring bercorak menarik yang menempel pada dinding-dinding ruangan masjid. Ini merupakan pengaruh budaya China dan Eropa.
Menurut Nasiruddin, pengelola Masjid Panjunan, masjid yang memiliki dua ruangan ini hingga sekarang digunakan sebagai tempat ibadah. Masjid ini hanya digunakan salat sehari-hari. Satu dari dua ruangan hanya dibuka atau digunakan satu kali yakni pada saat peringatan Maulid Nabi, Idul Fitri, dan Idul Adha.
Meski masjid ini terletak di permukiman keturunan Arab, pengaruh budaya Arab terlihat sedikit. Konon, hal ini dilakukan sebagai bentuk pendekatan kultural yang digunakan dalam penyebaran agama Islam. Hingga kini, Masjid Panjunan masuk dalam cagar budaya yang dilindungi dan terus dirawat keasliannya.
(Vitrianda Hilba Siregar)