4. Dzunubun Ma'dzulmi
Selanjutnya dosa yang melebihi Dzunubun itu namanya Dzunubun Ma'dzulmi, ada zalimnya. Orang yang melakukan kezaliman pun masih diberi kesempatan untuk tobat. Itulah sifat Allah Subhanahu wa ta'ala yang bernama Ghafuurun.
وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنْ مَّنَعَ مَسٰجِدَ اللّٰهِ اَنْ يُّذْكَرَ فِيْهَا اسْمُهٗ وَسَعٰى فِيْ خَرَابِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ مَا كَانَ لَهُمْ اَنْ يَّدْخُلُوْهَآ اِلَّا خَاۤىِٕفِيْنَ ەۗ لَهُمْ فِى الدُّنْيَا خِزْيٌ وَّلَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيْمٌ
Artinya: "Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang melarang di dalam masjid-masjid Allah untuk menyebut nama-Nya, dan berusaha merobohkannya? Mereka itu tidak pantas memasukinya kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka mendapat kehinaan di dunia dan di akhirat mendapat azab yang berat." (QS Al Baqarah: 114)
"Tafsir ayat tersebut bahwasanya orang yang bertobat dari kezaliman dan mendapat Ghafuurun, maka datanglah ke masjid dan memohon ampun dan melakukan pertobatan dengan sungguh-sungguh (penuh rasa takut) agar mendapat ampunan-Nya," jelas UAH.
Baca juga: Ustadz Adi Hidayat Bagikan 4 Tips Menambah Hafalan Ayat-Ayat Alquran
5. Ishraf
Setelah zalim ternyata masih ada tingkatan dosa yang lebih tinggi sekaligus menjadi tingkat tertinggi dari kemaksiatan yang disebut Ishraf yang artinya berlebihan.
Ilustrasinya apabila orang lain melakukan kemaksiatan, ia merasa gatal untuk melakukannya juga bahkan mungkin merasa tersaingi. Dalam konteks ini pun, Allah Subhanahu wa ta'ala masih menurunkan ampunan-Nya yaitu Rahim, tingkatan ampunan tertinggi.
Hal ini seperti tertuang dalam kitab suci Alquran Surah Az Zumar Ayat 53:
قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ
Artinya: "Katakanlah: 'Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
"Kesimpulannya adalah selama nyawa belum berada di tenggorokan, Allah Subhanahu wa ta'ala senantiasa memberikan kesempatan kepada hamba-Nya untuk bertobat dan memohon ampun. Adapun sebagai orang beriman, tentu kita harus mencita-citakan surga, sehingga apabila melakukan suatu dosa, segeralah untuk memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa ta'ala agar mendapatkan kasih sayang-Nya," pungkas Ustadz Adi Hidayat.
Wallahu a'lam bishawab.
(Hantoro)