Hal tersebut tentu membuatnya cukup ketakutan, secara refleks ia keluar dari ruang kontrakannya dan berteriak Allahu Akbar sebanyak tiga kali. Sontak semua tetangganya keluar dan terkejut, namun tidak ada yang menghampirinya. Akhirnya ia dilarikan ke dokter yang merupakan teman dari kedua orangtuanya.
Kejadian ini berulang kembali ketika ia tengah bekerja. Saat diperiksa, dokter menjelaskan bahwa jantungnya sudah mengalami pembengkakkan.
Ari mencari jalan pengobatan alternatif yang dilakukan dengan mengonsumsi makan-makanan herbal. Namun, dia mengaku tidak menemukan obat untuk penyakit jantungnya.
Hingga suatu pagi ada sebuah kata yang terngiang-ngiang di telinganya. Dirinya diperintahkan mengucapkan kalimat La ilaha illallah. Lalu secara tidak disadari, Ari mengucapkan La ilaha illallah, sebelum fajar serta setelah matahari terbenam, dan yang ia pikirkan saat itu hanyalah kesembuhan dirinya.
Ari mengucapkan kalimat ini hampir setiap saat, bahkan seusai mengonsumsi obat jantung. Di perjalanan dari rumah orangtuanya ke kantor dia juga mengucapkan kalimat tauhid La ilaha illallah.
Keadaan jantung yang makin buruk membuatnya kemungkinan akan melakukan operasi masa itu. Menyadari hal tersebut, Ari setiap pagi dan pada hari libur suka jalan tanpa menggunakan sandal, seraya dalam hati mengucapkan La ilaha illallah.
Sekembalinya ke rumah sakit untuk memeriksakan keadaan jantung, dan hari itulah merupakan hari yang paling membahagiakan dalam hidup Ari. Ketika ia menerima hasil laboratorium, USG, dan beberapa pemeriksaan yang dilakukan dokter ia mendapatkan hasil bahwa hasil pemeriksaan yang normal.
Bahkan sang dokter memberitahunya untuk tidak perlu lagi mengonsumsi obatnya. Hal ini kemudian yang membawanya makin mantap dan yakin untuk memeluk agama Islam. Namun keinginannya tersebut takut ditentang oleh kedua orangtuanya. Setelah diberikan pengertian akhirnya apa yang ia inginkan direstui oleh kedua orangtuanya.
Wallahu a'lam bish-shawab.
(Hantoro)