Semangatnya Masyarakat Maroko Mengisi 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhan

Tim Okezone, Jurnalis
Kamis 20 April 2023 10:20 WIB
Ketua PBNU KH Yahya Cholil Staquf diundang Raja Maroko menghadiri Durus Hassaniyah bulan Ramadhan. (Foto: Asyraf Muntazhar/Okezone)
Share :

BAGI saya yang merupakan seorang penikmat olahraga sepakbola, sudah bukan hal aneh jika masa injury time dari pertandingan final akan berlangsung intens. Ini akan menyajikan banyak kejutan dan dituntaskan dengan penuh semangat.

Tidak jarang bagi tim yang berisi pemain dengan stamina “kurang oke” akhirnya takluk di hadapan lawannya yang tampil mengganas, dan itu semua ditentukan hanya dalam hitungan menit saja.

Kendati satu tim sudah berlaga dengan baik dan rapi, menerapkan strategi bertarung di atas lapangan selama 90 menit waktu normal, jika tidak diakhiri dengan baik, maka bisa saja hasil akhir tidak berpihak kepada mereka.

Nilai-nilai ini juga dapat saya lihat secara nyata selama melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan di Negeri Matahari Terbenam, Maroko. Selama melalui beberapa momentum Ramadhan di Maroko, saya mendapati ada beberapa pendekatan unik warganya yang tidak biasa untuk dilakukan selain pada bulan Ramadhan.

Lebih spesifiknya, sepuluh malam terakhir, seperti dijanjikan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam kitab suci Alquran dan dijelaskan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam dalam sejumlah hadits, bahwa pada salah satu malam di antara sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, menjanjikan kemuliaan yang lebih baik dari kemuliaan seribu bulan bagi mereka yang mendapat keberkahannya.

Jika dituangkan dalam kalimat, kesan yang saya dapati sejak pertama kali melalui bulan Ramadhan di Maroko adalah makin akhir, makin semangat. 

Maroko merupakan negara kerajaan yang 99 persen masyarakatnya beragama Islam. Di kalangan akademisi Islam, Maroko dikenal juga sebagai negara yang menjadi salah satu kiblat utama pendidikan dan kebudayaan Islam dunia.

Selain dibuktikan dengan adanya Universitas Al-Qarawiyyin yang merupakan universitas tertua di dunia saat ini, negeri ini juga sejak dulu dikenali sebagai negerinya para sufi.

Tidak sedikit tokoh sufi terkemuka dunia yang lahir dan tumbuh di Maroko, sebut saja Abu al-Hasan Asy-Syadzili, penggagas tarekat Syadziliyah yang merupakan seorang tokoh sufi asal Syadzila, Maroko.

Penulis buku Dalail al-Khairat, Syaikh Sulaiman al-Jazuli yang karangannya sangat masyhur di Indonesia, diriwayatkan bahwa ia menulis bukunya tersebut di dalam salah satu ruangan kecil di Medersa Seffarine, Fes, Maroko.

Sidi Ahmed at-Tijani, penggagas tarekat Tijaniyah, merupakan seorang ulama asal Maroko, makamnya serta pusat pergerakannya ada di Kota Fes, Maroko.

Dari sejumlah fakta tersebut, maka tidak heran jika kemudian cara beragama masyarakat Muslim Maroko dipenuhi dengan pendekatan kebudayaan ala sufisme, khususnya pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. 

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya