DALAM dua hari terakhir, Rabu (7/6) dan Kamis (8/6) empat jamaah haji Indonesia di Makkah meninggal dunia. Mereka adalah Marzuki Husen Hanafiah, Sunipah Djasri, Cah Sukanta Najih dan Suhaimi Aris Kliwon. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan jamaah haji yang wafat di Madinah, yaitu 1 orang.
Dua jamaah Indonesia di Makkah yang meninggal pada tanggal 7 Juni 2023 adalah Marzuki dari BTJ-6 dan Sunipah (SOC-4). Sedangkan Cah Sukanta dan Suhaimi meninggal hari ini, Kamis (8/6/2023) berasal dari JKS 3 dan KNO 6. Sehingga, total sudah 28 jamaah haji Indonesia wafat di Tanah Suci sampai hari ke-16 pukul 12.30 WAR.
Sementara untuk jamaah yang dirawat mencapai 176 dengan rincian 78 di Makkah dan 98 dirawat di Madinah. Khusus Makkah ada 14 pasien harus dirujuk ke RSAS Makkah, dan 64 menjalani perawatan di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).
“Beberapa pasien Lansia yang kami rawat tidak selalu batuk namun hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, pasien terkena infeksi paru-paru,” kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam di KKHI Makkah dr. Arfik Setyaningsih Sp.PD.
Dr Arfik mengatakan, jamaah haji Lansia perlu mendapatkan perhatian khusus. Kondisi kekebalan atau daya tahan tubuh Lansia berbeda dengan daya tahan tubuh orang dewasa pada umumnya. Perubahan imunitas jamaah haji Lansia dapat dipengaruhi oleh proses penuaan, banyaknya penyakit kronis atau penyakit penyerta dan faktor eksternal seperti stres, kelelahan, dehidrasi, dan penyesuaian iklim.
Hal itu menyebabkan jamaah haji Lansia di Arab Saudi rentan terkena penyakit, salah satunya infeksi paru-paru, yang hingga saat ini menjadi penyebab terbanyak jamaah dirawat di KKHI Makkah. Selain itu, dr. Arfik juga menyampaikan bahwa penyakit kronis yang sudah diderita jemaah haji Lansia seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit paru kronis, penyakit jantung, stroke, pikun/demensia dapat memperburuk kondisi Lansia yang mengalami infeksi paru.
Selain infeksi paru, dr. Arfik menjelaskan jamaah haji Lansia sering menderita pikun atau penurunan daya ingat. Kondisi ini yang sering dialami jemaah haji Lansia yaitu gelisah, marah-marah hingga mengamuk, tersesat, gangguan tidur, ada juga yang menjadi pendiam dan menyendiri, serta kebingungan.
Dr. Arfik menekankan jamaah usia lanjut yang mulai pikun harus ada monitoring sendiri. Jamaah haji Lansia dengan penurunan daya ingat dan memiliki penyakit penyerta perlu pendampingan yang lebih ketat.
“Jamaah haji Lansia yang mulai mengalami penurunan daya ingat, penting untuk selalu didampingi dan dimonitor tersendiri terkait kondisinya serta pemeriksaan dokter ahli,” tutur dr. Arfik.
Jamaah haji Lansia dengan gangguan penurunan daya ingatan selain pendampingan juga perlu bersosialisasi dan sering diajak bicara agar dapat merangsang stimulasi kognitifnya. Jamaah haji Lansia ini juga perlu dihindarkan dengan faktor pemicu karena penurunan daya ingat dapat timbul kembali.
(Arief Setyadi )