Ulang Tahun Jakarta, Ini Ulama-Ulama yang Berjasa Mensyiarkan Islam di Ibu Kota

Hantoro, Jurnalis
Kamis 22 Juni 2023 09:44 WIB
Ilustrasi ulama-ulama yang berjasa mensyiarkan Islam di Jakarta. (Foto: Istimewa/Repro/Okezone)
Share :

SETIAP tanggal 22 Juni diperingati sebagai hari ulang tahun DKI Jakarta. Tersimpan berbagai sejarah penting di usia 496 tahun ini, salah satunya tentang masuknya agama Islam ke Ibu Kota.

Sebagaimana telah Okezone himpun, diketahui banyak ulama Betawi yang gigih mensyiarkan ajaran agama Islam. Mereka memiliki peran penting dalam membangun Jakarta pada masa lalu hingga saat ini. Perjalanan Ibu Kota penuh sejarah dan selalu ada peran para ulama.

Di kawasan Tanjung Kait, Mauk, Tangerang, dekat Kelenteng terdapat bangunan makam berarsitektur Tionghoa, dicat merah dan kuning menyala, lengkap dengan altar persembahan.

Sepintas orang akan menganggap hal itu wajar saja karena mengira itu adalah makam warga Tionghoa. Namun ternyata menurut budayawan Betawi, Ridwan Saidi, makam itu adalah kuburan Ema Datuk, seorang ulama Muslim. Kini kuburan tersebut telah berubah menjadi makam atau bong Tionghoa.

Ridwan terkejut melihat perubahan drastis itu. Padahal, dia memiliki foto makam Ema Datuk yang masih seperti kuburan Islam pada umumnya, memakai cungkup dan nisan dari kayu. Di halaman luar masih terdapat atap bekas kuburan lama yang telah dibongkar.

Dulu ketika Gunung Krakatau meletus, wilayah dekat kuburan itu satu-satunya yang bebas dari debu dan terjangan tsunami. Padahal di desa sekitar seperti Desa Kramat, Kampung Melayu, habis disapu air bah. Maka banyak orang menyelamatkan diri di makam itu. 

Terkait ulama penyebar Islam di Betawi, Ridwan menjelaskan bahwa masyarakat Jakarta mengenal nama Tujuh Wali Penyebar Islam.

Dalam proses Islamisasi di Betawi terdapat Tujuh Wali Betawi. Masing-masing adalah Pangeran Darmakumala dan Kumpi Datuk yang dimakamkan berdekatan di tepi Kali Ciliwung, dekat Kelapa Dua, Jakarta Timur.

Lalu ada Habib Sawangan yang dimakamkan di depan Pesantren Al Hamidiyah Depok. Pangeran Papak yang dimakamkan di Jalan Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur.

Kemudian ada Ema Datuk yang makamnya di Tanjung Kait, Mauk, Tangerang. Datuk Ibrahim makamnya di Condet. Wali Ki Aling, tidak diketahui makamnya.

Mereka hidup sebelum penyerbuan Fatahilah ke Sunda Kelapa. Tapi tidak terlalu banyak orang yang tahu keberadaan makam-makam wali penyebar Islam di Tanah Betawi itu.

Makam Datuk Ibrahim terletak di Jalan Datuk Ibrahim, Condet, di dalam kompleks mushola di gang kecil. Meski dipagar besi, sekilas terlihat seperti taman bunga.

Tidak terdapat juga papan nama yang menunjukkan makam Datuk Ibrahim, tidak terlihat makam seorang ulama besar pada zamannya. 

Penyebar Islam setelah Tujuh Wali itu, antara lain ada Habib Husein Alaydrus yang dimakamkam di Luar Batang, Jakarta Utara. Kong Jamirun dimakamkan di Marunda, Jakarta Utara.

Kemudian Datuk Biru, makamnya di Rawabangke, Jatinegara. Habib Alqudsi dari Kampung Bandan, Jakarta Utara. Datuk Tanggoro di Cililitan. Ki Balung Tunggal di Condet, Jakarta Timur.

Di Makkah terdapat Syekh Junaid Al Batawi yang berasal dari Kampung Pekojan, Jakarta Barat. Ia sangat termasyhur karena menjadi imam di Masjidil Haram. Syekh Junaid wafat di Makkah pada 1840 dalam usia 100 tahun.

Di antara murid Syekh Junaid yang sampai kini kitab-kitabnya masih tersebar di dunia Islam adalah Syekh Nawawi Al Bantani.

Sejauh ini penyebaran Islam di Betawi masih menjadi perdebatan. Ada anggapan bahwa proses Islamisasi di Jakarta dan sekitarnya baru terjadi sejak Falatehan, panglima Kerajaan Islam Demak, menaklukkan Sunda Kelapa pada 22 Juni 1527.

Menurut Ridwan, proses Islamisasi di Jakarta dan sekitarnya sudah terjadi jauh lebih awal. Bahkan, lebih dari 100 tahun sebelum kedatangan balatentara Falatehan yang mengusir orang Barat (Portugis) di Teluk Jakarta (sekitar Pasar Ikan).

Islam masuk pada tahun 1412 yang dibawa oleh Syekh Kuro, seorang ulama dari Campa (Kamboja). Pada tahun itu, ia telah membangun sebuah pesantren di Tanjung Puro, Karawang. 

Berdasarkan kitab "Sanghyang Saksakhanda", sejak pesisir utara Pulau Jawa mulai dari Cirebon-Krawang dan Bekasi terkena pengaruh Islam yang disebarkan orang-orang Pasai, maka tidak sedikit orang-orang Melayu yang masuk Islam.

Islamisasi di tanah Betawi makin berkembang ketika Sultan Agung melancarkan dua kali ekspedisi ke Batavia untuk menyerang VOC. Para prajurit Mataram setelah gagal mengusir Belanda, tinggal di Jakarta. Mereka banyak menjadi juru dakwah yang andal.

Mereka telah memelopori berdirinya surau-surau di Jakarta yang kini menjadi masjid seperti Masjid Kampung Sawah, Jembatan Lima, yang didirikan pada tahun 1717. Salah seorang ulama besar dari kampung ini adalah Guru Mansyur. Beliau lahir tahun 1875.

Wallahu a'lam

(Hantoro)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya