GUS Baha mengungkap amalan yang dapat menjadi penggugur kekafiran. Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan kata "kafir" dijadikan sebagai bahan olok-olokan. Penggunaan kata kafir itu tidak hanya disampaikan kepada non-Muslim, namun ada juga yang dilontarkan kepada sesama Muslim.
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha mencontohkan ada yang memegang nisan kuburan sambil mengucapkan kalimat tauhid "Laa ilaha illaallah", lalu sebagian orang mengatakannya kafir.
"Ada kelompok yang mengatakan gara-gara kalimat 'Laa ilaha illaallah' dan pegang patok nisan itu orang menjadi kafir. Ini jadi paradoks," ujar Gus Baha saat mengisi istighasah beberapa waktu lalu.
Padahal, terang dia, lafal yang termasuk tahlil itu jika dilafalkan maka dapat menghapuskan dosa-dosa manusia.
Misalnya, seseorang sudah 70 tahun jadi kafir, kemudian ia membaca kaliamat syahadat, maka orang itu akan menjadi Muslim dan otomatis segala dosanya terdahulu akan diampuni. Jadi kalimat tauhid itu sebenarnya penggugur kekafiran.
Gus Baha menambahkan, ulasan kalimat tauhid sebagai penggugaran status kafir tersebut disetujui oleh semua ulama tanpa kecuali sedikit pun (biijmail ulama). Pandangan tersebut termaktub di dalam Alquran Surat Al-Anfal Ayat 38.
"Di Alquran dikatakan: 'Qul lilladzina kafaruu in yantahu yughfar lahum ma qad salaf'," ungkapnya.
Gus Baha menjelaskan, apabila seorang kafir 70 tahun saja hilang kekafirannya setelah melafalkan "Laa ilaha illaallah", maka itu artinya kalimat tersebut bisa melunturkan sifat kafir, bukan menjadikan seorang kafir.
"Lafal yang statusnya menjadi penghilang kekafiran dengan lafadz yang sama orang menjadi kafir, itu enggak ketemu nalar," pungkasnya.
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)