Kemudian berita tersebut menampakkan pemandangan foto keadaan Kota Gaza di Palestina. Rumah-rumah di sana tampak hancur lebur karena serangan-serangan Israel.
Lauren merasa miris melihat foto-foto tersebut. Sepuluh hari kemudian, ia mengetahui bahwa Faris Odeh, bocah kecil tersebut, ditembak mati oleh sniper Israel. Dia pun terkejut dan sangat sedih.
Lima tahun kemudian Lauren mendapat tugas ke Palestina. Ketika itu dia sedang tinggal di Prancis dengan suami yang baik, dua putrinya yang cantik, dan rumah besar lengkap dengan kolam renang. Namun entah mengapa, di dalam benaknya justru menyuruhnya pergi ke Palestina.
"Kami tinggal di salah satu tempat terindah juga paling damai yang ada di seluruh penjuru bumi milik Allah ini. Dan aku ingin pergi ke Palestina? Apa artinya itu? Itulah yang disebut dengan 'sebuah panggilan'," beber Lauren.
Pada 2005, akhirnya ia pergi ke Palestina. Tiga hari setelah sampai di sana, Lauren sendirian melakukan perjalanan mengelilingi wilayah Tepi Barat. Rupanya para kru media tempatnya bekerja lupa mengingatkan untuk tetap berada di dalam kamar. Seharusnya Lauren tidak dibolehkan jalan-jalan sendiri dan bertemu kaum Muslimin.
"Media tempatku bekerja lupa memberitahuku: 'Begini caramu pergi ke Palestina. Kamu tetap di kamar hotel, telepon mereka dan mereka akan mendatangimu. Jangan keluar. Jangan bertemu dengan para Muslim, mereka berbahaya. Kau bisa diculik, hilang, dan tidak bisa kembali. Mereka akan membohongimu'," ujar Lauren.