Gus Baha sendiri memilih mencari Lailatul Qadar pada 17 Ramadhan dengan ibadah dan berdoa di mushola. Tidak seperti mayoritas Muslim yang giat beribadah pada malam-malam ganjil 10 hari terakhir Ramadhan untuk mendapatkan Lailatul Qadar.
"Di desa saya yang pergi ke mushola pada malam tanggal 17 Ramadhan itu saya sendiri. Sementara orang-orang ke mushola pada malam 21, 23 Ramadhan, jadi saya minoritas," ujar Gus Baha.
Kalau ditanya orang, "Sudah ibadah, Gus?" Ia menjawab, "Sudah lewat, karena saya minoritas. Tapi saya menjawab, sisanya (Lailatul Qadar) masih punyamu, saya bilang gitu."
Menurut Gus Baha, untuk menghargai hadits dan Alquran sebaiknya di tengah-tengah saja. Di Alquran itu ada Lailatul Qadar tanpa tanggal yaitu di ayat yang berbunyi, "Syahru ramadhaanalladzi unzila fiihil Quran." (QS Al Baqarah: 185)
Ayat tersebut menunjukkan semua Ramadhan. Makanya ada ulama yang menganggap mulai tanggal 1 Ramadhan untuk mencari Lailatul Qadar. Nabi Muhammad bersabda, carilah sungguh-sungguh di 10 malam terakhir.
"Berarti ada yang mencari tidak sungguh-sungguh, tapi mulainya pertama (1 Ramadhan). Namun kalau kamu mencari sungguh-sungguh mulai tanggal 21 Ramadhan. Berarti itu dihitung permulaan. Berarti dihitung belum sungguh-sungguh. Saya ulangi ya, yang dimaksud sungguh-sungguh itu klimaks," terang Gus Baha.