JAKARTA - Kiblat merupakan arah suci yang menjadi rujukan bagi umat Islam menjalani ibadah. Kiblat mengarah ke Ka'bah di Makkah, Arab Saudi.
Sejumlah ibadah merujuk pada arah kiblat. Salah satunya adalah sholat.
Selain sholat, ada beberapa ibadah atau keadaan yang terkait arah kiblat. Berikut penjelasan 5 ibadah atau keadaan terkait arah kiblat:
Berdoa dan berzikir merupakan ibadah yang dianjurkan dengan menghadap kiblat. Ini sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW, melansir laman Muhammadiyah, Kamis (17/7/2025). Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, disebutkan:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدٍ قَالَ خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى هَذَا الْمُصَلَّى يَسْتَسْقِي فَدَعَا وَاسْتَسْقَى ثُمَّ اسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ وَقَلَبَ رِدَاءَهُ [رواه البخاري]
Artinya : “Dari ‘Abdullah bin Zaid, ia berkata, ‘Nabi SAW keluar menuju tempat salat ini untuk meminta hujan, lalu beliau berdoa meminta hujan dengan menghadap kiblat dan membalikkan selendangnya.’” (HR Bukhari).
Hadis ini menggambarkan, Rasulullah SAW menghadap kiblat saat memohon hujan. Menghadap kiblat saat berdoa membantu memfokuskan hati dan pikiran kepada Allah.
Dalam Islam, penguburan jenazah memiliki tata cara yang ditetapkan syariat. Salah satunya adalah menghadapkan jenazah ke arah kiblat. Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Dawud, disebutkan:
عَنْ عُبَيْدِ بْنِ عُمَيْرٍ، عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ حَدَّثَهُ، وَكَانَتْ لَهُ صُحْبَةٌ أَنَّ رَجُلًا سَأَلَهُ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْكَبَائِرُ؟ فَقَالَ: هُنَّ تِسْعٌ، فَذَكَرَ مَعْنَاهُ زَادَ: وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ الْمُسْلِمَيْنِ، وَاسْتِحْلَالُ الْبَيْتِ الْحَرَامِ قِبْلَتِكُمْ أَحْيَاءً وَأَمْوَاتًا [رواه أبو داود]
Artinya : “Dari ‘Ubaid bin ‘Umair, dari ayahnya, bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW, ‘Wahai Rasulullah, apakah dosa-dosa besar itu?’ Beliau menjawab, ‘Dosa-dosa besar itu ada sembilan,’ lalu menyebutkan maknanya, dan menambahkan, ‘…dan durhaka kepada kedua orang tua Muslim, serta menghalalkan hal-hal yang haram dilakukan di Baitul Haram, kiblat kalian, baik dalam keadaan hidup maupun mati.’” (HR Abu Dawud).
Hadis ini menegaskan dalam praktiknya, jenazah diletakkan di dalam liang lahad dengan posisi miring ke kanan menghadap kiblat.
Ibadah haji memiliki beberapa ritual yang mengharuskan pelaku menghadap kiblat, salah satunya adalah melempar jumrah. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, disebutkan:
عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، كَانَ يَرْمِي الجُمْرَةَ الدُّنْيَا بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ، ثُمَّ يُكَبِّرُ عَلَى إِثْرِ كُلِّ حَصَاةٍ، ثُمَّ يَتَقَدَّمُ فَيُسْهِلُ، فَيَقُومُ مُسْتَقْبِلَ القِبْلَةِ قِيَامًا طَوِيلًا، فَيَدْعُو وَيَرْفَعُ يَدَيْهِ، … وَيَقُولُ: هَكَذَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْعَلُ [رواه البخاري]
Artinya : “Dari Salim bin ‘Abdullah, bahwa ‘Abdullah bin ‘Umar melempar jumrah awal dengan tujuh kerikil, kemudian bertakbir pada setiap lemparannya, lalu maju hingga sampai pada permukaan yang datar, dia berdiri menghadap kiblat dengan agak lama, berdoa, dan mengangkat kedua tangannya, … lalu berkata, ‘Begitulah aku melihat Rasulullah SAW melakukannya.’” (HR. Bukhari).
Hadis ini menunjukkan setelah melempar jumrah, ‘Abdullah bin ‘Umar menghadap kiblat untuk berdoa, mengikuti teladan Rasulullah SAW.
Menyembelih hewan kurban merupakan ibadah yang dianjurkan menghadap kiblat. Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Dawud, disebutkan:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ ذَبَحَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الذَّبْحِ كَبْشَيْنِ أَقْرَنَيْنِ أَمْلَحَيْنِ مُوجَأَيْنِ فَلَمَّا وَجَّهَهُمَا قَالَ إِنِّي وَجَّهْتُ [رواه أبو داود]
Artinya : “Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata, ‘Nabi SAW pada hari kurban menyembelih dua domba yang bertanduk dan berwarna abu-abu yang terkebiri. Ketika beliau telah menghadapkan keduanya, beliau mengucapkan: “Innii Wajjahtu …”’” (HR Abu Dawud).
Menghadapkan hewan kurban ke arah kiblat sebelum disembelih merupakan bentuk penghormatan terhadap ibadah tersebut. Hal ini juga mengingatkan umat Islam setiap tindakan ibadah harus diarahkan kepada Allah dengan penuh keikhlasan.
Meskipun bukan ibadah, buang hajat memiliki aturan terkait arah kiblat yang menunjukkan adab seorang muslim. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, disebutkan:
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الأَنْصَارِي أَنَّ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا أَتَيْتُمُ الغَائِطَ فَلَا تَسْتَقْبِلُوا القِبْلَةَ، وَلَا تَسْتَدْبِرُوهَا وَلَكِنْ شَرِقُوا أَوْ غَرِبُوا [رواه البخاري ومسلم]
Artinya: “Dari Abu Ayyub al-Ansari, bahwa Nabi SAW bersabda, ‘Apabila kalian buang hajat, janganlah menghadap atau membelakangi kiblat. Namun, menghadaplah ke timur atau ke barat.’” (HR Bukhari dan Muslim).
Hadis ini menegaskan larangan menghadap atau membelakangi kiblat saat buang hajat sebagai bentuk penghormatan terhadap Ka’bah. Aturan ini mencerminkan Islam mengajarkan adab dalam setiap aspek kehidupan. Wallahualam
(Erha Aprili Ramadhoni)