Pada masa Rasulullah dan para sahabat, perempuan memiliki peran penting dalam berbagai aspek. Mulai dari urusan domestik rumah tangga, sosial kemasyarakatan, sampai kepada urusan perang melawan musuh-musuh Islam. Bahkan dalam Kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, ada satu bab yang berisi berbagai kisah heroik para sahabat perempuan ketika bertempur bersama Nabi SAW.
Dalam berbagai riwayat, dikisahkan bagaimana perjuangan Siti ‘Aisyah bersama Ummu Sulaim, Ummu Athiyah, dan sahabat-sahabat perempuan lainnya dalam medan pertempuran. Meskipun secara fisik kemampuan mereka tidak sekuat laki-laki, tetapi peran mereka tidak bisa dianggap sebelah mata. Para sahabat wanita inilah yang dengan cekatan membawakan air, mengobati tentara yang sakit, dan menyediakan berbagai kebutuhan mendesak lainnya.
Dalam sebuah riwayat, sahabat Anas bin Malik berkata:
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْزُو بِأُمِّ سُلَيْمٍ وَنِسْوَةٍ مِنَ الْأَنْصَارِ مَعَهُ إِذَا غَزَا، فَيَسْقِينَ الْمَاءَ، وَيُدَاوِينَ الْجَرْحَى
Artinya: "Rasulullah SAW pernah berperang bersama Ummu Sulaim dan perempuan lain dari kalangan Anshar. Mereka memberikan air minum dan mengobati orang-orang yang terluka." (HR. Muslim).
Selain itu, terdapat banyak kisah yang menggambarkan potret keterlibatan perempuan dalam urusan sosial kemasyarakatan di zaman Rasulullah dan para sahabat. Misalnya Rithah binti Abdullah, perempuan tangguh yang konon memiliki sebuah industri sebagai sumber pendapatan utama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Ketika hal itu disampaikan kepada Rasulullah, beliau mengafirmasi dan memuji tindakan Rithah RA.