Maka keduanya kembali melanjutkan perjalanannya hingga Sampailah pada suatu desa. pada desa tersebut terdapat rumah warga yang hampir roboh temboknya. Dengan inisiatif, Khidir pun membetulkan tembok yang hampir rubuh tadi.
Setelah kejadian yang membuat banyak Nabi Musa bertanya-tanya. Kemudia Nabi Khidir pun menjelaskan maksud dan tujuannya. Ketika Nabi Khidir melubangi perahu yang menjadi tumpangannya secara gratis, sebenarnya Nabi Khidir mengetahui akan ada perompak yang menjarah kapalnya di perjalanan nanti.
Kemudian khidir pun menjelaskan alasan dirinya membunuh anak yang sedang bermain bersama temannya. Menurutnya anak kecil itu merupakan anak nakal dan jahat ketika besar kelak. Mungkin membunuh anak itu merupakan hal terbaik untuk mencegah kemungkaran. Dan hal yang perlu dipahami adalah ketika Nabi Khidir melakukan semua tindakan di atas, semata-mata itu adalah perintah Allah SWT.
Selanjutnya ketika Nabi Khidir membangun tembok yang ingin roboh sebenarnya itu adalah harta warisan untuk anak yatim yang harus dijaga. Namun ketika sedang membangun, Khidir pun berkata dalam QS Al Kahfi 77- 78, Khidir berkata bahwa, melalui tangannya, dia menegakkan dinding itu. Musa berkata, jika kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu. Khidir berkata, inilah perpisahan antara aku dengan kamu.
"Ada pelajaran berharga yang bisa diambil dari kisahnya Nabi Musa yang belajar dengan Nabi Khidir yakni tentang akhlak dan tentang ilmu hakikat. Kita harus bersikap sopan dan santun pada ulama dan orang yang lebih tua," ujar Ustadz Ahmad Firdaus, Pengajar Pondok Pesantren Nurul Hijrah, saat dihubungi Okezone.
(Dyah Ratna Meta Novia)