Karena itu, kemudian timbul pikiran untuk senantiasa i'tikaf di masjid seharian, tidak keluar kecuali keadaan darurat. Masalahnya, ia sering batal wudhu, baik karena buang angin atau sebab lain.
Alhasil, ia bertanya kepada teman selamanya, Muhari,"Ri, gimana caranya agar tidak batal wudhu, biar saya bisa tenang di masjid ini beribadah.
"Dengan enteng, Muhari menjawab tanpa beban, Begini saja, sampean sebelum ke masjid wudhu dulu delapan kali, atau lima kali, jadi batal lima kali pun tetap selamat. Masih ada stok wudhu."
"Oh, jadi boleh, ya, kayak gitu?" timpal Ramsidin.
"Boleh saja, wong kita sendiri yang wudhu, ya, terserah
kita hendak wudhu berapa kali, iya 'kan?" tegas Muhari.
"Iya, ya. Kalau begitu, saya akan wudhu sebanyak mungkin biar kalau batal, ada stoknya." Dengan mantapnya Ramsidi menyakini hal itu.
Dasar sama-sama "minus, kalau sudah begini, sulit
membedakan, mana yang sableng, dan mana yang ndableg.
(Muhammad Saifullah )