Peringatan Maulid Nabi merupakan peringatan hari lahirnya Nabi Besar Muhammad SAW. Umat Islam dari berbagai penjuru dunia merayakannnya sebagai rasa syukur kepada Allah karena telah mengirim sang pemberi peringatan kepada umat manusia.
Maulid Nabi selain diisi dengan berbagai amalan seperti salawat juga diisi dengan menceritakan kisah perjalanan Nabi Muhammad. Termasuk mengisahkan kehidupan Nabi bersama orang terdekatnya seperti istri-istrinya, anak-anaknya, dan sahabatnya yang bisa dijadikan teladan kehidupan.
Kali ini dikisahkan mengenai pernikahan antara Rasulullah SAW dengan Ummu Habibah yang pernah memimpikannya sehingga ia disebut sebagai Sang Pemimpi Rasulullah.
Ummu Habibah merupakan orang yang tepercaya dan mulia. Ia adalah perempuan yang sabar dalam menghadapi berbagai musibah. Ia juga perempuan suci yang senantiasa berzikir di tengah kegelapan malam.
Seperti dilansir dari Buku 39 Tokoh Wanuita Pengukir Sejarah Islam, Ummu Habibah merupakan seorang putri pemimpin Quraisy dan pentolan kaum musyrikin hingga menjelang penaklukan Kota Makkah. Hingga akhirnya, sang putri menjadi perempuan yang beriman meskipun ayahnya, Abu Sufyan, saat itu adalah orang yang sangat kafir.
Namun Abu Sufyan tidak bisa membelokkan niat putrinya agar tetap menjadi perempuan kafir untuk mengikuti agama ayahnya serta nenek moyangnya. Bahkan, sang putri menampakkan kekuatan pribadi dan tekatnya hinggah rela menanggung berbagai kesulitan dan teror, demi menjaga akidah Islamnya.
Ummu Habibah, sebelum menikah dengan Rasulullah SAW, pernah menikah dengan Ubaidillah ibn Jahsy al-Asdi, seorang singa Bani Khuzaimah. Ubaidillah membawa Ummu Habibah menginggalkan Makkah demi hijrah ke Habasyah.
Di sana, Ubaidillah rupanya tak kuat iman hingga akhirnya keluar dari Islam. Namun Allah telah menyempurnakan keislaman Ummu Habibah hingga saat ia datang ke Kota Madinah.
Ummu Habibah suatu ketika menceritakan, "Aku bermimpi melihat Ubadillah ibn Jahsy, suamiku, dalam bentuk yang sangat buruk dan dekil. Aku pun terbangun dan berkata: 'Demi Allah ia telah berubah.
Keesokan harinya, Ubaidillah mengatakan: 'Hai Ummu Habibah, sungguh aku telah melihat agama-agama dan tidak kutemukan agama yang lebih baik dibandingkan dengan agama ini dan aku telah memeluknya sebelum masuk ke dalam agama Muhammad (Islam). Sekarang aku kembali pada agama ini.
Ummu Habibah menyahut: Demi Allah, itu bukanlah yang terbaik untukmu. Selanjutnya, aku ceritakan mimpi yang kualami, tetapi ia tidak menghiraukan. Ubaidillah justru sibuk menikmati khamr sampai mati.
Dalam kesempatan yang lain, Ummu Habibah juga menceritakan mimpi yang ia alami. Mimpi yang akhirnya menjadi kenyataan.
Ummu Habibah mengatakan, "Aku bermimpi seakan ada orang yang datang dan berkata: Wahai Ummul Mukminin."
Aku pun bangun dan kutafsirkan mimpi itu bahwa Rasulullah SAW akan menikahiku. Begitu masa iddah-ku habis dan begitu aku sadar kulihat utusan an-Najasyi di depan pintu rumahku. Ia meminta izin untuk bertemu. Ternyata ia seorang budak wanita Najasyi bernama Abrahah yang datang menemuiku hendak menyampaikan pesan berkata:
Tuan raja hendak mengatakan kepadamu bahwa Rasulullah SAW telah mengirimkan surat kepadaya yang berisi kabar bahwasanya beliau hendak menikahimu. Aku pun menjawab: Semoga Allah memberimu kabar gembira dengan kebaikan.
Ini merupakan sebuah mimpi Ummu Habibah sebelum dinikahi oleh Rasulullah SAW. Dan akhirnya mimpi itu menjadi kenyataan.
Ummu Habibah tinggal di negeri hijrah Habasyah sebagai perempuan yang sibuk beribadah serta ridha terhadap ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Ia sempat begitu terpukul oleh peristiwa murtadnya Ubaidillah, sang suami, yang kembali ke agama lain.
Ia perempuan yang sabar dalam merasakan suka duka di pengasingan dan kesendirian, jauh dari keluarga dan tanah air demi imannya yang dalam. Hal yang demikian itu telah membuatnya lebih cenderung untuk ber-taqarrub kepada Allah dan Rasul-Nya.
Demikianlah, hari-hari dalam hijrah itu ia lewati dalam siksaan sebagai seorang janda yang kehilangan sang suami. Namun, karena ia telah dianugerahi iman yang begitu tulus, Ummu Habibah mampu bersikap tabah dalam menghadapi ujian berat tersebut.
Allah SWT menghendaki meneguhkan tekat Ummu Habibah, memberinya mahkota kesabaran, dan memberikan balasan terbaik atas segala cobaan yang dihadapinya. Hal itu terjadi ketika pembantu an-Najasyi mengetuk pintunya untuk menyampaikan kabar gembira atas pinangan Rasulullah SAW terhadap dirinya: "Wahai Ummu Habibah, tuanku raja mengatakan kepadamu: Pilihlah siapa orang yang akan menikahkanmu.
Ummu Habibah mengirim utusan kepada Khalid ibn Sa'id ibn 'Ash untuk menyerahkan pernikahan dirinya. Ia berikan kepada Abrahah, pelayan Raja an-Najasyi itu, dua buah gelang dari perak dan dua binggel (gelang kaki), serta beberapa cincin perak. Semua itu sebagai ungkapan kegembiraan atas kabar gembira yang disampaikannya.