Aku pun bertanya lagi, “Karena apa engkau tidak memerlukannya?” Dijawab oleh ahli kubur tersebut, “Dengan khatam Alquran yang dilakukan dan dihadiahkan oleh anakku setiap hari. Anakku ada di pasar ini dan berjualan zalabiyah (sejenis makanan ringan berbahan tepung dan telur).”
Keesokan paginya, setelah terbangun, aku langsung pergi ke pasar yang disebutkan ahli kubur dalam mimpi semalam. Benar saja di sana ada seorang anak muda yang berdagang zalabiyah, sedangkan kedua bibirnya tak pernah henti berucap. Aku pun menanyakannya, “Mengapa engkau tak henti menggerakkan kedua bibirmu?” Si anak muda menjawab, “Aku sedang membaca Alquran lalu menghadiahkannya kepada ayahku sudah di alam kubur.”
Beberapa waktu kemudian, aku bermimpi melihat beberapa ahli kubur keluar lagi dari kuburnya, seperti pada mimpi sebelumnya. Namun, yang membuatku heran kali ini adalah ahli kubur yang semula tak ikut memunguti sesuatu, kini turut memungutinya bersama ahli kubur yang lain. Makanya begitu terbangun, aku segera pergi lagi ke pasar guna mengetahui kabar si anak muda yang biasa berdagang zalabiyah sambil membaca Alquran itu. Dan ternyata, sekarang ia sudah meninggal.
Dari sepenggal kisah di atas, dapat ditarik beberapa pelajaran:
1. Kebaikan yang dihadiahkan kaum Muslimin kepada ahli kubur, baik berupa bacaan Alquran, doa, ataupun sedekah, terbukti sampai kepada mereka.
2. Demikian pula kebaikan yang dihadiahkan seorang anak kepada orang tuanya yang sudah meninggal. Contohnya bacaan Alquran si anak muda dalam kisah di atas.