Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Saling Hujat Akibat Bencana Banjir Tak Sesuai Ajaran Islam, Ini Penjelasannya

Muhammad Sukardi , Jurnalis-Senin, 06 Januari 2020 |15:30 WIB
Saling Hujat Akibat Bencana Banjir Tak Sesuai Ajaran Islam, Ini Penjelasannya
Bencana banjir Jakarta. (Foto: Okezone)
A
A
A

BENCANA banjir yang menerjang Jakarta dan sejumlah wilayah lain di Indonesia menjadi celah bagi masyarakat untuk saling menyalahkan, terutama kepada kepala daerah. Mereka menilai bencana banjir ini terjadi karena adanya kesalahan dalam pencegahan banjir.

Tapi, apakah sikap menyalahkan seperti itu sudah benar dilakukan dalam menyikapi bencana banjir Jakarta 2020? Dalam Islam, tindakan tersebut ternyata bukan hal yang patut dilakukan.

Seperti dijelaskan Ustadz Fariq Gasim Anuz, dalam kasus saling menyalahkan saat bencana banjir ini, ia memiliki beberapa contoh cerita yang bisa kita jadikan sebagai bahan introspeksi diri terkait kebiasaan menyalahkan ini. Juga dengan meminta pertanggungjawaban atas bencana banjir.

bencana banjir

Salah satu contoh yang diceritakan oleh Ustadz Fariq adalah mengenai sopir dan majikan. Suatu ketika ada seorang sopir di Jeddah pernah mengungkapkan kisah hidup pada dirinya.

Dia bercerita bahwa dirinya memiliki kiat untuk mengatasi majikan, yang sering menyalahkannya jika mereka terjebak macet di Jeddah. Sikap ini akhirnya dilakukan sopir karena dirinya selalu disalahkan.

Suatu ketika mereka terjebak dalam kemacetan dan si majikan berkata, “Mengapa kamu tidak memilih jalan lain?”.

Sejak saat itu, setiap ada pilihan jalan, sopir akan bertanya dahulu kepada majikannya, untuk memilih jalan mana yang akan ditempuh. Meskipun lewat jalan berbeda ternyata mobil pun terjebak macet. Majikannya pun diam saja, tidak menyalahkan dirinya.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement