Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Sejarah Panjang Islam di China, dari Ghengis Khan hingga Uighur

Saskia Rahma Nindita Putri , Jurnalis-Sabtu, 04 Juli 2020 |01:04 WIB
Sejarah Panjang Islam di China, dari Ghengis Khan hingga Uighur
Muslim Uighur kerap mengalami diskriminasi oleh Pemerintah China (Foto: Reuters)
A
A
A

Banyak pemberontakan dilakukan sebagai oposisi terhadap masuknya para migran, yang datang dari daerah-daerah padat penduduk China ke daerah-daerah yang sebelumnya tidak berada di bawah kendali langsung China. Berbagai pemberontakan ini ditentang keras oleh negara, yang mengakhiri periode akomodasi yang panjang bagi umat Islam di China.

Berdirinya Republik Rakyat China (RRC) pada tahun 1949, ahli etnografi dan antropolog menyatakan orang-orang yang tinggal di perbatasan negara baru terbagi menjadi 56 kelompok etnis berdasarkan kriteria perbedaan dari bahasa, wilayah, sejarah hingga tradisi.

Dari kelompok-kelompok tersebut, 10 di antaranya diakui sebagai muslim minoritas. Diurutkan dari total populasi minoritas terbanyak, mereka adalah Hui, Uighur, Kazakh, Dongxiang, Kyrgyz, Salar, Tajik, Uzbek, Bonan dan Tatar yang jika dijumlahkan totalnya hanya sekitar 5.000 orang.

Muslim Uighur

Di awal tahun setelah berdirinya Republik Rakyat China, umat muslim masih merasakan kebebasan beragama yang penuh toleransi.

Namun seiring masuknya tahun awal Revolusi Kebudayaan di tahun 1966 dan 1969, mulailah terjadi ancaman di mana masjid-masjid dihancurkan, salinan Alquran dimusnahkan, umat muslim dilarang melakukan ibadah haji serta adanya pelarangan keras untuk mengekspresikan kepercayaan agama oleh Penjaga Komunis Merah (Communist Red Guards).

Barulah setelah kematian Mao Zedong di tahun 1976, Komunis mengadopsi kebijakan yang lebih longgar dalam mengatur komunitas muslim di negeri berjuluk Tirai Bambu itu.

(Rizka Diputra)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement