JAKARTA - Apakah khotbah yang selama ini sudah berlangsung di masyarakat setiap pekan sudah mampu mendorong perubahan sosial. Pertanyaan ini diajukan Ketua Pembina Wadah Silaturahmi Khatib Indonesia (WASATHI), KH Arif Fahruddin dalam Sarasehan Khatib Moderat secara virtual dari Aula Masjid Al Ijtihad, Cengkareng, Jakarta Barat, Sabtu (31/07).
Untuk mengukur apakah ada perubahan atau tidak, dia menyampaikan, perlu ada kurkulumisasi khotbah. Kurikulum ini mengukur apakah khutbah sudah menghasilkan perubahan seperti yang direncanakan atau sekadar rutinitas mingguan untuk ibadah. Padahal, kata dia, posisi khotbah sangat strategis karena diadakan setiap jum’at, dihadiri banyak umat, dan selama berlangsung materinya tidak boleh didebat.
“Sejauh mana pengaruh khotbah Jumat terhadap perubahan perilaku masyarakat? Sejauh pengamatan WASATHI ini belum ada datanya. Kita perlu bersinergi dengan para peneliti untuk melihat bagaimana impact dan dampak khutbah yang selama ini sudah kita lakukan. Karena itu fokus WASATHI khusus di khatib saja, khusus pada khutbah jum’at saja, ” ujarnya.
Baca Juga: Mohammad Ahsan Hidupkan Sunah Nabi di Lapangan Bulu Tangkis Olimpiade Tokyo 2020
Dia menyampaikan, kurikulumisasi ini tidak berarti penyeragaman. Ini tidak lantas khutbah seperti yang di Timur Tengah yang materinya sama dan sudah terjadwal. Kurikulum ini disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah. Tujuannya adalah menyamakan langkah gerak demi perubahan besar untuk kemajuan umat.