Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Hukum Air Liur dan Ingus, Najis atau Suci?

Novie Fauziah , Jurnalis-Senin, 17 Januari 2022 |18:08 WIB
Hukum Air Liur dan Ingus, Najis atau Suci?
Ilustrasi hukum air liur dan ingus menurut Islam. (Foto: Jcomp/Freepik)
A
A
A

Sementara itu, dilansir dari nu.or.id, penjelasan tentang najis atau sucinya air liur dan ingus dijelaskan dalam beberapa kitab mazhab Syafiiyah, salah satunya 'Mughni al Muhtaj' karya Imam An-Nawawi.

والبلغم الصاعد من المعدة نجس بخلاف النازل من الرأس أو من أقصى الحلق والصدر فإنه طاهر والماء السائل من النائم إن كان من المعدة كأن خرج منتنا بصفرة فنجس لا إن كان من غيرها أو شك في أنها منها أو لا فإنه طاهر

Artinya: "Ingus yang naik dari perut (red. pencernaan) dihukumi najis. Berbeda ketika ingus yang berasal dari kepala atau dari ujung tenggorokan maka ingus tersebut dihukumi suci. Sedangkan air liur yang mengalir dari mulut orang yang sedang tidur, ada perincian hukum soal ini. Jika berasal dari perut, seperti keluar dengan bau yang bacin dengan warna kuning maka dihukumi najis. Dan dihukumi tidak najis jika berasal dari selain perut. Sedangkan ketika ragu-ragu apakah air liur yang keluar berasal dari perut atau bukan, maka air liur tersebut dihukumi suci." (Syekh Khatib As-Syirbini, Mughni al-Muhtaj, juz 1, halaman 79)

Baca juga: Terungkap! Sosok Penting di Balik Hijrahnya Hercules Jadi Mualaf 

Baca juga: Terungkap Sosok Guru Ngaji yang Jenazahnya Utuh dan Harum meski 17 Tahun Dikubur 

Namun apabila air liur dari mulut dan hidung itu terus keluar, sehingga bercampur darah hingga muntah, maka hukumnya bisa dikatakan najis. Hal ini juga dijelaskan dalam kitab 'Nihayah al-Muhtaj' karya Imam al-Ramli:

ولو ابتلي شخص بالقيء عفي عنه منه في الثوب وغيره كدم البراغيث ـ (قوله: بالقيء عفي عنه) ومثله بالأولى لو ابتلي بدم اللثة والمراد بالابتلاء به أن يكثر وجوده بحيث يقل خلوه منه

Artinya: "Jika seseorang diberi cobaan berupa muntah (secara terus-menerus), maka muntahan dihukumi najis yang di-ma’fu ketika berada di pakaian atau benda lainnya seperti halnya ditoleransinya (ma'fu) darah nyamuk. Seperti halnya muntah dalam hal di-ma’fu-nya najis, hal yang sama (secara qiyas aulawi) juga berlaku ketika seseorang diberi cobaan berupa keluarnya darah gusi. Yang dimaksud dengan ‘diberi cobaan dengan darah gusi’ adalah keluarnya darah secara terus-menerus, sekiranya jarang sekali ditemukan (air liur) yang tidak bercampur dengan darah gusi" (Syihabuddin Ar-Ramli, Nihayah al-Muhtaj, juz 2, halaman 284)

Oleh karena itu, status air liur atau ingus yang keluar bukan berasal dari perut (muntah) dan campur darah hukumnya suci. Sehingga bisa dibawa sholat, namun jika keluar terus-menerus lebih baik dibersihkan lebih dulu supaya tidak mengganggu.

Wallahu a'lam bishawab.

(Hantoro)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement