Tujuan Syekh Abdul Muhyi memang mencari gua, namun juga membina para penduduk. Usaha demi usaha beliau lakukan untuk mencari gua yang dituju, tapi tidak kunjung menemukan hasil.
Syekh Abdul Muhyi lalu berpamitan dengan penduduk desa, dan melanjutkan perjalanannya mencari gua. Perjalanan panjang telah ditempuh, hingga tibalah Syekh Abdul Muhyi di Pamengpeuk, Garut Selatan.
Baca juga: 8 Sunah di Hari Jumat Miliki Pahala Besar, Salah Satunya Tidak Memeluk Lutut ketika Simak Khotbah
Kembali Syekh Abdul Muhyi tidak hanya fokus mencari gua, tapi juga mengajarkan agama Islam. Namun beliau melakukannya dengan hati-hati, karena penduduk setempat saat itu masih memeluk agama nenek moyang.
Satu tahun berlalu, sang ayah pun meninggal dunia. Sembah lebe Warta Kusumah dimakamkan di Kampung Dukuh. Sesaat usai ayahnya dimakamkan, Syekh Abdul Muhyi melanjutkan lagi perjalanan mencari gua ke Batu Wangi hingga Lebaksiu.
Di Lebaksiu, beliau sempat bermukim selama empat tahun. Kala itu Syekh Abdul Muhyi sangat berjasa mengislamkan penduduk yang sebelumnya beragam nenek moyang. Konon, keberhasilan beliau melakukan dakwah Islam karena memiliki kemampuan mengalahkan aliran hitam.
Syekh Abdul Muhyi juga mendirikan masjid di daerah itu yang digunakan untuk memberikan pengajian.
Baca juga: Abu Nawas Jadi Tabib Dadakan Sembuhkan Pangeran: Obatnya Kawinkan sama Gadis Desa
Setelah empat tahun menetap di Lebaksiu, Syekh Abdul Muhyi akhirnya menemukan gua yang selama ini dicari. Gua tersebut kini dikenal sebagai Gua Safarwadi di daerah Pamijahan, Tasikmalaya.
Gua yang terkenal juga dengan nama Gua Pamijahan ini merupakan warisan dari Syekh Abdul Qadir Jailani yang hidup lebih dari 200 tahun. Di gua inilah Syekh Abdul Qadir Jailani pernah menerima ijazah ilmu agama dari gurunya yang bernama Imam Sanusi.