Isabella dan Ferdinand memang dikenal karena mampu menyelesaikan Reconquista. Mereka memerintahkan umat Muslim untuk mendukung dan membiayai perjalanan Christopher Columbus pada 1492.
Semuanya mengarah pada pembukaan Dunia Baru. Mereka membentuk Spanyol sebagai kekuatan global pertama yang mendominasi Eropa dan sebagian besar dunia selama lebih dari satu abad.
Baca juga: Bacaan Zikir Pagi Hari Ini, Kamis 10 Maret 2022M/7 Syaban 1443H
Kemudian di usia 16 hingga 25 tahun, Sayyida Al Hurra menikah dengan Abu Hassan Al Mandari yang 30 tahun lebih tua. Al Mandari adalah pengungsi yang melarikan diri ke Spanyol, menetap di Tetouan dan menjadi gubernur di sana sekira tahun 1515 hingga 1519. Setelah suaminya wafat, Sayyida Al Hurra menggantikan posisi menjadi gubernur di Tetouan.
Pada 1515, Sayyida merupakan orang terakhir dalam sejarah Islam yang secara sah memegang gelar Al Hurra atau Ratu. Lalu, bagaimana awal kisah Sayyida Al Hurra menjadi bajak laut?
Sejarah menceritakan Sayyida Al Hurra tidak pernah melupakan jatuhnya Granada. Dia bersumpah membalas kekalahan dan melawan Eropa. Sayyida berencana merebut kembali Andalusia dari orang-orang agama lain. Meskipun saat itu tidak bisa menghadapi Spanyol dan Portugis secara langsung, Sayyida berhasil membuat kekacauan perdagangan laut dengan cara pembajakan.
Tidak lama setelah kejadian itu, Sayyida membentuk aliansi dengan bajak laut terkenal bernama Oruc Reis atau bajak laut Barbarossa yang ternama di Eropa. Sosok ini juga dikenal sebagai Red Beard yang meneror bagian timur Mediterania. Dia dikenal sebagai saudara laki-laki dari Hayreddin Barbarossa, laksamana Utsmaniyah dari armada yang lahir di pulau Lesbos.
Baca juga: Suami Sudah Kebelet, Mana Lebih Didahulukan Sholat atau Berjimak?
Sayyida Al Hurra membajak di wilayah barat yang menargetkan kapal dagang Portugis dan Spanyol. Kru kapal dagang berhasil diserbu dan ditawan olehnya. Alhasil, Portugis dan Spanyol pun dipaksa bernegosiasi dengan Sayyida Al Hurra, mereka terpaksa membayar tebusan dengan jumlah yang besar kepada Sayyida.
Kekayaan dan kekuatannya membuat Sayyida diperhitungkan di Afrika Utara. Sultan Maroko, Ahmed Al Wattasi, menyadari situasi tersebut dan mengusulkan untuk menikahi janda ini. Tidak lama kemudian, mereka berencana membentuk aliansi. Sayyida pun setuju dengan syarat, sang sultan berangkat ke Tetouan untuk menikahinya.