Abdul Qadir al-Jailani pun menjawab bahwa dirinya teringat pesan sekaligus janji kepada ibunya agar selalu jujur. Sebab itulah dia memberi tahu harta yang dibawanya kepada para perampok.
"Ibuku memerintahkan untuk berkata benar. Aku tidak berani durhaka kepadanya," jawab Abdul Qadir al-Jailani muda ketika itu.
Baca juga: Bacaan Surat Al Waqiah Ayat 1-96, Teks Arab Latin, Buka di Alquran Digital Okezone
Pemimpin perampok tersebut kemudian menangis dan tersungkur, seperti sedang dihantam rasa penyesalan yang mendalam.
"Engkau tidak berani ingkar terhadap janji ibumu. Sedangkan aku sudah bertahun-tahun mengingkari janji Tuhanku," ujar bos perampok.
Baca juga: Hukum Tajwid Surat Al Mulk Ayat 1-3 Lengkap Maknanya tentang Kuasa Allah Ta'ala di Langit dan Bumi
Dedengkot perampok itu pun menyatakan tobat di hadapan Abdul Qadir al-Jailani, bocah kecil yang kelak namanya harum di mata dunia sebagai Sulthanul Auliya' Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Pertobatan ini lantas diikuti para anak buah si pemimpin perampok secara massal.
Kisah ini diceritakan dalam kitab Irsyadul 'Ibad karya Syekh Zainuddin bin Abdul 'Aziz al-Malibari yang mengutip cerita dari Al-Yafi'i, dari Abu Abdillah Muhammad bin Muqatil, dari Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
Allahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)