Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

5 Titik Krusial Pelaksanaan Ibadah Haji, Nomor 4 Wajib Jadi Perhatian Serius

Maruf El Rumi , Jurnalis-Selasa, 11 April 2023 |09:19 WIB
5 Titik Krusial Pelaksanaan Ibadah Haji, Nomor 4 Wajib Jadi Perhatian Serius
Kakbah (Foto: Reuters)
A
A
A

JAKARTA - Direktur Bina Haji Ditjen Penyelenggara Haji dan Umrah Kementerian Agama (Kemenag) Arsyad Hidayat menyebutkan lima titik krusial pelaksanaan ibadah haji tahun 2023. Menurut Arsyad lima titik krusial ini harus menjadi perhatian Petugas Pembimbing Haji Indonesia ( PPHI) Arab Saudi.

"Berdasarkan pengalaman tahun tahun sebelumnya ada lima titik krusial dalam pelaksanaan haji tahun ini. Ini yang harus kita antisipasi apalagi tahun ini banyak jemaah lansia," kata Arsyad di Pondok Haji, Selasa (11/4/2023).

1. Kedatangan Jamaah Haji

Dikatakan Arsyad kedatangan jamaah haji saat tiba di bandara menjadi titik rawan terkait perbedan kultur dan budaya yang bisa membuat jamaah haji stres. Dia mencontohkan, saat pemeriksaan di imigrasi tak sedikt jamaah haji yang stres karena merasa dibentak petugas.

Padahal, memang gaya bicara di sana begitu. Sudah mereka capai perjalanan, kemudian antre imigrasi tiba tiba merasa dibentak. Nah, ini harus menjadi perhatian petugas.

2. Kedatangan di Madinah atau Makkah

Menurut Arsyad, saat tiba di Madinah untuk kloter pertama dan Makkah bagi kloter kedua biasanya jamaah lupa melakukan orientasi lingkungan tempat mereka menginap. Sangking semangat ibadah Arbain untuk jamaah Madinah dan umrah untuk Makkah, membuat jamaah tidak melihat dulu lingkungan sekitar.

Imbasnya, tak jarang jamaah tersesat saat pulang ke hotel karena mereka tidak melakukan orientasi terkait nama jalan, ciri fisik atau tanda jalan sehingga gagal menemukan jalan ke hotel. Karena itu jamaah harus dibekali kartu hotel. Dengan jumlah lansia bertambah banyak potensi tersesat jadi tambah banyak.

3. Momen Menunggu Wukuf

Ketika berada di Makkah setelah umrah haji, biasanya jamaah mengisi waktu dengan umrah sunnah berkali-kali. Buat jamaah yang kondisi sehat tidak apa apa. Tapi untuk jamaah yang kurang sehat atau lansia bisa membuat jamaah kelelahan bahkan sakit. Imbasnya jamaah yang sakit terancam tidak wukuf karena alasan kesehatan.

Sebagai antisipasi Arsyad meminta petugas untuk memberi pengertian pada jamaah agar tidak memaksakan diri terutama yang memiliki keterbatasan. Jangan ngejar sunnah tapi justru ketinggalan atau kehilangan wajib haji.

4. Jelang Keberangkatan dan saat di Masyair

Arsyad menyebut ini titik paling krusial karena di momen ini angka jamaah meninggal sangat tinggi. Penyebabnya prosesi ibadah di Arafah, Mina, dan Muzdalifa (Masyair) menguras fisik jamaah. Suhu panas, tenda sempit, jalan kaki dan aktivitas yang membutuhkan fisik tapi mereka tidak banyak istirahat.

Sehingga jamaah terancam kelelahan. Jika tidak dijaga kondisi fisik menurun sehingga angka kematian meningkat. Itu kenapa sebelum prosesi masyair jamaah menyiapkan fisik dengan istirahat cukup. 

5. Saat Pelaksaan Tawaf Ifadoh

Dipastikan suasana kakbah penuh dan sesak jika melakukan tawaf di 10 dzulhidjah. Sehingga sangat berisiko untuk keselamatan jamaah. Sudah kondisi fisik terkuras, harus melakukan perjalanan ke makkah untuk tawaf ifadoh.

Khusus jamaah Indonesia, setelah menyelesaikan jumroh pada tanggal 13 dzulhidjah, jamaah pulang pulang dulu ke hotel untuk istirahat sebelum tawaf ifadoh. "Harus juga diingat bahwa ini bukan tugas Kemenkes atau konsultan ibadah, tapi tugas semua petugas. Agar jamaah bisa melakukan ibadah dengan aman, lancar dan pulang ke Tanah Air deng membawa haji mabrur," pungkas Arsyad.

(Arief Setyadi )

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement