MEMILIKI pasangan yang baik dan berjodoh dunia akhirat adalah impian setiap umat Islam. Istilah pentingnya memilih calon pendamping hidup dilihat dari bibit, bebet dan bobotnya itu ternyata sangat dianjurkan di dalam agama. Bahkan Rasulullah SAW pun meminta agar melihat asal usul seseorang sebelum mereka menikah.
Dikutip dari buku Fiqih Cinta karya Abdul Aziz Ahmad halaman 223, dijelaskan: jika sepasang kekasih memiliki derajat yang sama, maka akan menjadi keseimbangan dan keselarasan di rumah tangga. Sebaliknya, perbedaan derajat akan menimbulkan ketimpangan dan kesenjangan, seperti yang terjadi antara Zaid dan Zainab.
Derajat yang dimaksud adalah; Pemahaman agama dan ketakwaan, tingkat intelektual, derajat kemuliaan keluarga atau kebangsawanan, harta, pasangan sifat; yaitu sifat saling mengisi dan menyeimbangkan, seperti yang telah dibahas pada bab satu.

Masih ada beberapa hal lain, tapi jarang menimbulkan masalah, seperti: usia yang terpaut terlalu jauh juga kecantikan wajah, kepada seorang suami tampan yang mendapatkan istri yang buruk rupa. Tapi tidak sebaliknya.
Jika derajat pria lebih tinggi, biasanya tidak terlalu menimbulkan masalah. Apalagi jika wanitanya memiliki sifat penurut dan patuh. Sedangkan suaminya bersifat penyantun dan selalu membimbing.
Tapi jika sang istri bersifat emosional dan pembangkang, sedangkan suami bersifat egois dan sombong, niscaya sayap-sayap rumah tangga akan segera patah, dan pernikahan akan segera menemui kehancurannya.
Sebaliknya, jika derajat wanita yang lebih tinggi, kebanyakan tidak dapat bertahan lama. Hal ini disebabkan karena umumnya pria bersifat memimpin dan mendominasi. Sedangkan perbedaan derajat membuatnya tidak mampu menjalankannya. Akibatnya, terjadi pertarungan batin serius kepada dirinya.