Al Majd Ibnu Taimiyah (kakek dari ulama besar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah) rahimahullah menjelaskan:
الحديث يفيد حرمة التشبه بهم في أعيادهم لأنه لم يقرهما على العيدين الجاهليين ولا تركهم يلعبون فيهما على العادة
"Hadits ini memberi faedah tentang haramnya tasyabbuh kepada orang kafir dalam hari raya mereka, karena Nabi tidak menoleransi dirayakannya dua hari raya jahiliyyah tersebut, dan tidak membiarkan penduduk Madinah bermain-main di dua hari raya tersebut pada sudah menjadi tradisi." (Faidhul Qadir, 4/511)
Ulama besar Ibnu Hajar Al Asqalani juga menjelaskan:
وَاسْتُنْبِطَ مِنْهُ كَرَاهَةُ الْفَرَحِ فِي أَعْيَادِ الْمُشْرِكِينَ وَالتَّشَبُّهِ بِهِمْ
"Diambil istinbath (kesimpulan hukum) dari hadits ini bahwa terlarangnya bersenang-senang di hari raya kaum musyrikin dan tasyabbuh (menyerupai) kebiasaan mereka." (Fathul Baari, 2/442)
Sahabat Umar bin Khathab radhiallahu 'anhu juga mengatakan:
اجْتَنِبُوا أَعْدَاءَ اللَّهِ فِي عِيدِهِمْ
"Jauhi perayaan hari-hari raya musuh-musuh Allah." (HR Bukhari dalam At-Tarikh Al Kabir Nomor 1804, dengan sanad hasan)
Beliau tidak mengatakan: "Jauhi hari-hari raya musuh Allah yang terkait akidah" tapi hari raya secara umum yang mencakup semua hari raya selain hari raya kaum Muslimin, baik terkait akidah ataupun tidak.