Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

"Panggil Aku Muhammad", Ketika Nama Jadi Simbol Kebangkitan Islam di Kalangan Anak Muda Tajikistan

Maruf El Rumi , Jurnalis-Rabu, 26 Juni 2024 |15:07 WIB
Masyarakat Tajikistan kini harus bersiap menghadapi aturan larangan menggenakan hijab dari pemerintah. (Foto: People.org)
A
A
A

DUNIA kaget ketika pemerintah Tajikistan mengeluarkan undang-undang yang melarang jilbab. Langkah tersebut dianggap pemerintah sebagai serangkaian 35 tindakan terkait agama, yang disebut pemerintah untuk melindungi nilai-nilai budaya nasional dan mencegah takhayul serta dan ekstremisme.

Inilah cerminan dari garis politik yang ditempuh pemerintah sejak tahun 1997. Di Tajikistan, pemerintahan yang dipimpin oleh presiden seumur hidup Emomali Rahmon telah lama mengincar apa yang mereka gambarkan sebagai ekstremisme. Padahal mayoritas masyarakat mereka adalah muslim

Dari sekitar 10 juta penduduk (survei 2023), 96% adalah muslim. Sejarah juga tak lepas dari Islam. Sejarah Tajikistan berawal dari Dinasti Samaniyah (875–999) sebelum akhirnya sebagai sebuah bangsa yang disebut Tajik, mereka di bawah pemerintahan Rusia pada tahun 1860-an dan hingga mendapatkan kemerdekaan pada tahun 1991 setelah Pembubaran Uni Soviet.

Sejak saat itu, ada gairah besar untuk "kembali" ke Islam dari masyarakat. Meski pemerintah tidak menjadikan agama sebagai dasar negara. Tajikistan memilih jalur pemerintahan republik sekuler dalam menjalankan pemerintah.

Tapi, kondisi tersebut tidak mengurangi minat masyarakat muslim termasuk anak muda untuk mecintai Islam. Tidak sedikit masyarakat yang mengubah nama berbau Islam. Nama populer untuk pria adalah  Muhammad, Yusuf, Abdullo atau Abubakr yang disebut berbau Arab.

Seperti dilakukan seorang seorang pelajar berusia 19 tahun asal ibu kota Tajikistan, Dushanbe, Shohrukh. Dia membuang nama depannya yang "murni Tajik" dengan nama "Muhammad".

“Saya mengambil keputusan ini secara bertahap,” kata Muhammad dikutip eurasianet.org pada 2010. “Saya belajar tentang Islam dan ingin mendapatkan nama Muslim yang cocok untuk diri saya sendiri.” Dia mengatakan bahwa dia mendengar bahwa "pada Hari Kiamat, semua orang akan dipanggil dengan nama depan mereka, jadi saya ingin dipanggil Muhammad."

Tren perubahan itu justru terjadi di kalangan muda. Sebagian besar adalah pria muda berusia akhir remaja dan awal 20-an. Dan semakin banyak orang tua yang memilih nama Islami untuk bayi mereka yang baru lahir. Para ahli mengatakan tren ini mencerminkan semakin besarnya pengaruh Islam di kalangan warga Tajik.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement