FOTO penyerang muda timnas Spanyol dan Barcelona Lamine Yamal bersama neneknya yang mengenakan jilbab viral di media sosial. Spekulasi berkembang jika Yamal adalah pemain beragama Islam mengikuti jejak neneknya, dari sang ayah.
Yamal yang baru berusia 16 tahun menjadi perbincangan setelah menjadi man of the match dalam pertandingan semifinal Piala Eropa 2024 melawan Prancis. Satu golnya pada menit ke-21 membuat Spanyol bisa menyamakan kedudukan sebelum akhirnya mengakhiri laga dengan kemenangan 2-1 di Allianz Arena. Spanyol melaju ke final Piala Eropa 2024.
Yamal pun menjadi pencetak gol termuda sepanjang sejarah pagelaran Piala Eropa. Raihan ini menelengkapi pencapaiannya Selama kurang lebih satu tahun terakhir. Dia telah menjadi pemain termuda yang bermain untuk Barcelona di La Liga, pemain termuda yang mencetak gol dalam pertandingan La Liga, dan pemain termuda kedua yang mencetak gol dalam pertandingan Liga Champions.
Dia juga memecahkan rekor sebagai pemain termuda yang bermain untuk tim nasional Spanyol dan pemain termuda yang mencetak gol untuk La Roja. Karena potensinya yang tampaknya luar biasa, semua orang di sekitarnya ingin mengklaim 'hak' mereka atas Yamal. Barcelona bertindak cepat untuk menandatangani kontrak baru tahun lalu yang akan berlaku hingga 2026 dan memiliki klausul pelepasan sebesar 1 miliar euro.
Agama Keluarga Lamine Yamal
Perhatian ke Yamal tidak terbatas penampilannya di lapangan tapi mengarah ke kehidupan pribadi. Mulai dari dari mana dia berasal dan agama yang dianutnya. Menurut Yamal lahir pada 13 Juli 2007 di Esplugues de Llobregat – sebuah kotamadya di Barcelona. Secara otomatis berarti bahwa ia adalah warga negara Spanyol karena ia lahir di kota Spanyol.
Tapi, ayah Yamal, Mounir Nasraoui, berasal orang Maroko yang telah bermigrasi ke Barcelona. Ibunya, Sheila Ebana, berasal dari negara Guinea Ekuatorial dan merupakan anggota Suku Fang. Kelompok Fang adalah kelompok etnis Bantu yang mencakup sekitar 85% populasi di negara tersebut dan juga memiliki bahasa mereka sendiri.
Ayahnya, Mounir menurut situs thickaccent seorang Muslim karena berasal dari Maroko, dan itu dibuktikan dengan neneknya yang menenakan jilbab. Namun, untuk ibunya masih menjadi tanda tanya. Kelompok Fang tempat ibunya, Ebana berasal, mayoritas Kriten.
Ini tidak lepas dari sejarah Suku Fang yang berpindah agama menjadi Kristen di bawah pemerintahan kolonial Prancis di Guinea Ekuatorial. Namun setelah Kemerdekaan, kelompok Fang kembali memeluk agama tradisional mereka yang disebut Biere (atau Byeri). Di sini, pemujaan leluhur sangat ditekankan dan kelompok Fang sangat percaya bahwa kehidupan mereka ditentukan oleh pengaruh roh leluhur mereka.
Namun, menurut thickaccent, Yamal telah memeluk agama ayahnya dan sekarang menjadi seorang Muslim Spanyol. Dengan banyak aliran darah yang dimiliki, Yamal sebenarnya bisa memilih dimana dia bermain, termasuk timnas Maroko.
Dibesarkan di Kawasan Geng
Esplugues de Llobregat yang menjadi tempat lahir Yamal merupakan sebuah kotamadya di Barcelona. Tempat itu sebagian besar dihuni para migran dan pekerja. Rocafonda mendapat reputasi sebagai daerah yang 'bermasalah' karena ketegangan antara geng-geng yang bermusuhan yang mengganggu lingkungan tersebut, dan bangunan-bangunan kosong yang ditempati oleh para penghuni liar.
Perkelahian bisa saja terjadi dan orang tua Yamal harus bekerja keras untuk melindunginya dari masalah dan memastikan ia dapat mewujudkan mimpinya menjadi pemain sepak bola. Pemain asal Spanyol ini tidak akan pernah melupakan tempat ia dibesarkan dan memberi penghormatan kepada tempat itu dalam perayaan golnya yang ke-304. Dalam perayaan ini, Lamine menunjuk angka 304 – yang merupakan tiga digit terakhir kode pos Rocafonda.
Berhati Mulia
Salah satu akun media sosial Barcelona, Barca Universal membuat heboh dengan foto saat Yamal bersama ayah dan neneknya, saat masih akademinya. Caption yang dipasang juga membuat Yamal disebut sebagia anak yang tahu membalas budi. "Di usianya yang baru 16 tahun, Lamine Yamal membelikan rumah sendiri untuk neneknya, dan ia juga membeli rumah terpisah untuk ayah dan ibunya."
(Maruf El Rumi)