Qadha puasa harus dilakukan sesegera mungkin sebelum Ramadhan berikutnya tiba. Jika kewajiban ini ditunda tanpa alasan yang jelas, maka seseorang juga diwajibkan membayar fidyah sebagai bentuk tebusan.
Niat puasa qadha harus diucapkan di malam hari, sebelum waktu subuh. Berikut adalah lafaz niat qadha puasa Ramadhan:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.
Artinya, “Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT”
Tidak ada ketentuan hari tertentu untuk melaksanakan qadha puasa, sehingga dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada hari yang diharamkan untuk berpuasa, seperti Idul Fitri dan Idul Adha.
Sama seperti puasa Ramadan, puasa qadha mengharuskan seseorang menahan diri dari makan, minum, dan segala hal yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.
Melunasi utang puasa adalah bentuk ketaatan kepada Allah dan menunjukkan keseriusan dalam menjalankan perintah-Nya.
Allah SWT mencintai hamba-Nya yang segera melaksanakan kewajiban tanpa menunda-nunda.
Menunda qadha puasa tanpa alasan dapat menyebabkan seseorang berdosa, terutama jika Ramadhan berikutnya tiba sebelum utang puasanya selesai.
Puasa Rajab dan qadha Ramadhan adalah dua bentuk ibadah yang memiliki tujuan dan keutamaan masing-masing. Puasa Rajab dilakukan sebagai bentuk kecintaan kepada Allah dan untuk mendapatkan keberkahan di bulan haram. Sementara itu, qadha Ramadhan adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap Muslim yang memiliki utang puasa.
Melaksanakan kedua puasa ini secara terpisah menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan perintah agama dan menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.
(Erha Aprili Ramadhoni)