Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Khutbah Jumat: Hikmah Diutusnya Para Nabi ke Bumi

Erha Aprili Ramadhoni , Jurnalis-Jum'at, 18 April 2025 |14:18 WIB
Khutbah Jumat: Hikmah Diutusnya Para Nabi ke Bumi
Khutbah Jumat: Hikmah Diutusnya Para Nabi ke Bumi (Ilustrasi/Unsplash)
A
A
A

Artinya, “Manusia itu (dahulunya) umat yang satu (dalam ketauhidan). (Setelah timbul perselisihan,) lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidak ada yang berselisih tentangnya, kecuali orang-orang yang telah diberi (Kitab) setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka, dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk)," (Qs. Al-Baqarah: 213). 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Imam As-Suyuthi dalam Tafsirul Jalalain menjelaskan secara ringkas maksud ayat di atas bahwa dahulunya umat manusia merupakan umat yang satu kesatuan dalam keimanan. Dengan seiring berjalannya waktu, manusia berselisih, sehingga sebagian dari mereka tetap beriman dan sebagian yang lain menjadi kufur.  

Kemudian Allah mengutus para nabi setelahnya sebagai pembawa kabar gembira dan peringatan serta menurunkan bersama mereka kitab-kitab sebagai pemutus hukum dan penjelas di antara manusia yang berselisih. Namun, meski setelah datangnya utusan yang membawa kebenaran, sebagian dari mereka ada yang tetap dalam kekufuran karena sifat dengki yang mereka miliki. 

Maka kemudian Allah menegaskan bahwa Ia memberi petunjuk kepada orang-orang yang beriman terhadap  yang diperselisihkan itu dan menegaskan bahwa Ia memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.  

Sebagaimana dijelaskan oleh As-Suyuthi di atas umat manusia dahulunya merupakan umat yang memiliki keimanan satu yaitu mentauhidkan dan mengesakan Allah. Namun, kemudian mereka berselisih dan mengakibatkan perpecahan.  

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Lalu kapankah umat manusia mulai berselisih?. Dalam hal ini, Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’anul Adzim, juz I, hal 569 menyebutkan  riwayat yang menjelaskan 10 generasi di antara nabi Nuh dan Adam as masih dalam syariat yang benar. Kemudian mereka berselisih sehingga Allah menurunkan para nabi untuk kembali meluruskan mereka ke dalam syariat yang benar. Ibnu Katsir berkata:

 عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: كَانَ بَيْنَ نُوحٍ وَآدَمَ عَشَرَةُ قُرُونٍ، كُلُّهُمْ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الْحَقِّ، فَاخْتَلَفُوا، فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ  

Artinya: “Dari Ibnu Abbas berkata: Dahulu, 10 generasi yang terletak antara nabi Nuh dan Adam semuanya dalam satu syariat yang benar. Kemudian mereka berselisih dan Allah mengirimkan para nabi sebagai pembawa kabar gembira dan peringatan.” 

 

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement