Lansia yang diamanahkan kepada Yunita untuk dirawat adalah Punah Ngasidin yang berusia 86 tahun. Mbah Punah berasal dari desa yang sama dengan Yunita, hanya berbeda Rukun Tetangga (RT).
“Saya menganggap ini amanah. Selama di tanah suci, saya memastikan kebutuhan beliau terpenuhi. Mendampingi saat sakit, membantu menjalani ibadah, dan menjaga beliau dengan sebaik mungkin,” tegas perempuan kelahiran 3 Juni 2005 ini.
Yunita pun memiliki cara untuk membagi waktu antara beribadah dan merawat lansia. Untuk merawat lansia, Yunita juga dibantu Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH). Terlebih ada layanan lansia di PPIH atau petugas haji tahun ini.
Selain itu, ada satu pesan yang dipegang Yunita selama menjalani ibadah haji tahun ini. Pesan itu diterima Yunita dari Ketua IPHI (Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia) Pati, KH Sis Ali Ridlo.
“Setiap membantu hamba Allah harus diniati ibadah. Sebab, amal baik satu yang dilupakan akan digandakan oleh Allah. Semoga Mbak Yunita diberi kesabaran yang berlipat,” kata Yunita menirukan pesan sang Ketua IPHI.
Kisah Yunita menjadi teladan nyata bahwa ibadah haji bukan sekadar perjalanan spiritual pribadi, tetapi juga ladang pengabdian dan kepedulian sosial. Di usia muda, ia menunjukan ketulusan, tanggung jawab, dan semangat melayani sesama bisa menjadi bagian dari ibadah yang lebih luas dan bermakna.
(Ramdani Bur)