JAKARTA - Seorang ibu memiliki kedudukan mulia dalam ajaran Islam. Seorang anak patut berbakti kepadanya.
Berbakti kepada orang tua, termasuk ibu merupakan kewajiban bagi seorang anak. Selagi masih hidup, teruslah berbakti, merawat, dan menjaganya.
Berbakti kepada orang tua dapat menjadi sarana pengampunan dosa. Selain itu, anugerah untuk anak yang berbakti kepada ibunya adalah terbukanya pintu rezeki.
Pada hari Jumat ini, berikut petikan khotbah mengenai anugerah merawat seorang ibu, sebagaimana melansir laman NU, Jumat (8/8/2025):
الْحَمْدُ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِیْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ بِحَسْبِ تَعَاقُبِ الْاَوْقَاتِ وَالسَّاعَاتِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَتَابِعِيْهِ أَجْمَعِيْنَ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ . وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًاۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا . أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَتَزَوَّدُوْا بِالتَّقْوَى فَإِنَّهُ خَيْرُ الزَّادِ.
Hadirin jamaah sholat Jumat yang dirahmati Allah,
Berbakti kepada orang tua adalah kewajiban setiap anak. Allah SWT menegaskan di dalam Alquran:
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانً
Artinya: "(Ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua". (QS Al-Baqarah: 83)
Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur'anil Azhim jilid I halaman 290, ia menegaskan, berbuat baik kepada kedua orang tua adalah kewajiban setelah melaksanakan kewajibannya kepada Allah SWT. Dua kewajiban tersebut beberapa kali diungkapkan secara beriringan dalam Alquran. Seperti dalam QS Luqman: 14 dan QS Al-Isra': 23.
Hadirin jamaah sholat Jumat yang dirahmati Allah, Namun sangat disayangkan, akhir-akhir ini kita menyaksikan fenomena yang memprihatinkan, khususnya di media sosial. Tersebar berbagai tayangan yang menggambarkan bagaimana sebagian anak berlaku tidak hormat, bahkan durhaka kepada orang tuanya, terutama kepada ibu.
Fenomena ini menjadi cerminan betapa nilai-nilai kasih sayang dan bakti kepada orang tua mulai tergerus oleh kerasnya arus kehidupan modern. Padahal, hadirin sekalian, di balik kewajiban kita untuk berbakti dan merawat orang tua, khususnya ibu, terdapat janji anugerah besar dari Allah SWT, baik di dunia maupun di akhirat.
Salah satu anugerah di dunia adalah dihapuskannya dosa. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Ibnu Umar, sebagaimana dikutip oleh Syekh Dhiyauddin Ad-Dimasyqi dalam kitab As-Sunan wal Ahkam 'Anil Musthafa, Jilid III halaman 356, disebutkan bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi Muhammad SAW seraya berkata,
“Wahai Rasulullah, sungguh aku telah melakukan dosa besar. Adakah jalan tobat untukku?” Lalu Nabi Muhammad SAW bertanya kepadanya:
هَلَ لَكَ مِنْ أُمٍّ؟
Artinya: "Apakah engkau masih memiliki ibu?"
Laki-laki itu menjawab, “Tidak.”
Kemudian Nabi bertanya lagi:
هَلْ لَكَ مِنْ خَالَةٍ؟
Artinya: "Apakah engkau memiliki bibi dari jalur ibu?"
Ia menjawab, “Ya.”
Lantas Nabi bersabda:
فَبِرَّهَا
Artinya: "Kalau begitu, berbaktilah kepadanya."
Hadirin jamaah sholat Jumat yang dirahmati Allah,
Pesan yang tersirat dalam kisah tadi begitu kuat: meskipun ibu telah tiada, kesempatan berbakti masih terbuka melalui orang-orang terdekatnya, seperti bibi dari pihak ibu. Islam memberikan ruang luas bagi hamba untuk menebus dosa dengan amal kebajikan, terutama melalui bakti kepada orang tua.
Selain pengampunan dosa, hadirin sekalian, anugerah lain dari berbakti kepada orang tua adalah terbukanya pintu rezeki. Disebutkan dalam sebuah kisah tentang seorang pemuda dari kalangan Bani Israil. Ia dikenal sangat berbakti dan taat kepada ibunya. Segala urusan, termasuk keputusan jual-beli, selalu ia sesuaikan dengan kerelaan sang ibu.
Suatu ketika, ibunya berpesan:
فَلَا تَبِعْهَا إِلَّا بِمِلْءِ مَسْكِهَا دَنَانِيْرَ فَأَمْسَكَهَا
Artinya: "Jangan engkau jual sapi itu kecuali seharga dinar yang memenuhi kulitnya."
Maka ia pun menahan diri dan tidak menjualnya sembarangan.
Akhirnya, atas izin Allah SWT, kaum Bani Israil yang sedang mencari sapi untuk dijadikan tebusan atas pembunuhan yang belum terungkap, menemukan bahwa hanya sapi milik pemuda itulah yang memenuhi seluruh kriteria yang ditetapkan oleh Nabi Musa AS. Maka sapi itu dibeli dengan harga sebagaimana permintaan ibunya, dinar yang memenuhi kulitnya. Kisah ini disebutkan dalam Tafsir al-Baghawi, Jilid I, halaman 128.
Hadirin jamaah sholat Jumat yang dirahmati Allah, Anugerah berikutnya bagi mereka yang berbakti kepada orang tua adalah terkabulnya doa. Kisah yang paling masyhur adalah tentang seorang pemuda dari Yaman bernama Uwais al-Qarni. Rasulullah SAW menyebut namanya secara khusus, bahkan berpesan kepada para sahabat, jika suatu saat bertemu dengannya, maka mintalah agar ia memohonkan ampunan kepada Allah untuk mereka.
Rasulullah SAW bersabda:
فَمَنْ لَقِيَهُ مِنْكُمْ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ
Artinya: "Siapa saja di antara kalian bertemu dengannya, maka mintalah dia memohonkan ampunan (kepada Allah) untuk kalian."
Mengapa demikian, hadirin sekalian?
Karena Uwais al-Qarni adalah sosok yang sangat berbakti kepada ibunya. Ia rela tidak ikut berhijrah dan meninggalkan kesempatan bertemu Nabi SAW secara langsung, demi merawat ibunya yang sudah tua. Bakti dan kesetiaannya inilah yang mengangkat derajatnya di hadapan Allah dan Rasul-Nya. Kisah ini tercantum dalam Syarah Shahih Muslim, Jilid XVI, halaman 96.
Hadirin jamaah sholat Jumat yang dirahmati Allah,
Anugerah yang paling agung dari berbakti kepada orang tua, khususnya kepada ibu, adalah surga itu sendiri. Diriwayatkan oleh Imam al-Hakim dalam al-Mustadrak (Jilid IV, hal. 114), dari Mu’awiyah bin Jahimah, bahwa suatu ketika ia menghadap Nabi Muhammad SAW dan berkata:
إِنِّي أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُوَ فَجِئْتُ أَسْتَشِيرُكَ
Artinya: "Wahai Rasulullah, aku ingin ikut berjihad, maka aku datang untuk meminta pertimbangan darimu."
Lalu Nabi bertanya:
أَلَكَ وَالِدَةٌ؟
Artinya: "Apakah engkau masih memiliki ibu?"
Ia menjawab: “Ya.” Lantas Nabi menegaskan:
اِذْهَبْ فَالْزَمْهَا فَإِنَّ الْجَنَّةَ عِنْدَ رِجْلَيْهَا
Artinya: "Pergilah, dan tetaplah bersamanya. Sesungguhnya surga berada di bawah kedua kakinya."
Betapa mulianya kedudukan seorang ibu dalam Islam. Jihad pun bisa tertunda jika di hadapan kita ada ibu yang harus dirawat dan dilayani dengan sepenuh kasih.
Hadirin jamaah sholat Jumat yang dirahmati Allah,
Pada akhirnya, marilah kita berdoa dan berikhtiar, agar Allah SWT senantiasa melembutkan hati kita untuk terus berbakti kepada kedua orang tua, selagi mereka masih hidup. Dan bagi yang orang tuanya telah wafat, semoga tetap mampu berbakti melalui doa, sedekah, dan amal-amal kebaikan yang diniatkan untuk mereka.
Semoga kita semua termasuk hamba-hamba Allah yang meraih anugerah pengampunan dosa, keberkahan rezeki, terkabulnya doa, dan surga, berkat bakti kita kepada orang tua. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ فَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Wallahualam
(Erha Aprili Ramadhoni)