Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Di Balik Datangnya Musibah, Ujian hingga Kasih Sayang Allah SWT

Erha Aprili Ramadhoni , Jurnalis-Selasa, 07 Oktober 2025 |15:54 WIB
Di Balik Datangnya Musibah, Ujian hingga Kasih Sayang Allah SWT
Di Balik Datangnya Musibah, Ujian hingga Kasih Sayang Allah SWT (Ilustrasi/Freepik)
A
A
A

JAKARTA - Musibah bisa datang kapan saja, tanpa adanya peringatan. Namun, di balik musibah yang menimpa, ada makna di dalamnya. 

1. Musibah

Secara bahasa, kata muṣībah berasal dari akar kata aṣāba yang berarti “sesuatu yang menimpa”. Dalam Alquran, kata ini bersifat netral alias tidak selalu berarti keburukan. 

Musibah kadang berarti ujian yang menimpa dalam bentuk kebaikan. Kadang juga berarti ujian dalam bentuk kesulitan. Allah SWT berfirman:

مَّآ أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍۢ فَمِنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍۢ فَمِن نَّفْسِكَۚ وَأَرْسَلْنَٰكَ لِلنَّاسِ رَسُولًۭاۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدًۭا

Artinya : “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia, dan cukuplah Allah menjadi saksi.” [Q.S. an-Nisā’ (4): 79].

Melansir laman Muhammadiyah, Selasa (7/10/2025), ayat ini menegaskan dua hal penting. Pertama,  segala kebaikan yang datang adalah karunia dari Allah. Kedua, keburukan atau bencana yang menimpa manusia sering kali bersumber dari perbuatannya sendiri—ketika ia merusak keseimbangan alam, menzalimi sesama, atau mengabaikan amanah kekhalifahan di bumi.

Di sisi lain, pada ayat lainnya, Allah SWT berfirman:

وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٍۢ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا۟ عَن كَثِيرٍۢ

Artinya : “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” [Q.S. asy-Syūrā (42): 30].

Ayat ini menunjukkan, musibah tidak semata azab, tetapi juga bentuk kasih sayang Allah—karena Dia masih memaafkan sebagian besar kesalahan manusia.

 

2. Musibah sebagai Ujian

Alquran menjelaskan, ujian adalah bagian dari takdir kehidupan. Allah SWT berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍۢ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍۢ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ (١٥٥) ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌۭ قَالُوٓا۟ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ (١٥٦)

Artinya : “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: ‘Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali.’” [Q.S. al-Baqarah (2): 155–156].

Dalam pandangan ini, musibah adalah sarana tarbiyah (pendidikan ilahi) yang memperkuat iman. Orang yang beriman tidak melihat bencana sebagai akhir, melainkan sebagai panggilan untuk memperbaiki diri, memperdalam kesabaran, dan menumbuhkan empati sosial.

Dalam buku Fikih Kebencanaan menegaskan, cara pandang Islam terhadap musibah menuntun manusia untuk bersikap optimis, berbaik sangka, dan aktif berikhtiar. Musibah bukan alasan untuk putus asa atau menyalahkan takdir, melainkan panggilan untuk bangkit.

Umat Islam diajarkan untuk tidak pasif, karena sabar sejati bukan diam, tetapi aktif memperbaiki keadaan dan menghindarkan diri dari keburukan di masa depan.

Rasulullah SAW bersabda:

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Artinya : “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Semua urusannya adalah kebaikan baginya. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu pun baik baginya.” (HR. Muslim).

 

Alquran juga menegaskan hubungan erat antara perbuatan manusia dan kerusakan alam. Allah berfirman:

ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Artinya : “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” [Q.S. ar-Rūm (30): 41].

Musibah ekologis seperti banjir, longsor, dan kekeringan sering kali berakar pada tindakan manusia, yaitu deforestasi, eksploitasi sumber daya, dan ketidakadilan sosial. Karena itu, menghadapi musibah berarti juga memperbaiki sistem sosial dan ekologis agar seimbang kembali.

Musibah bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari kesadaran baru. Ia adalah tadzkirah—peringatan lembut dari Allah agar manusia kembali kepada fitrahnya. Ia bisa menjadi azab bagi yang lalai, tapi juga rahmat bagi yang mau belajar.

Wallahualam 
 

(Erha Aprili Ramadhoni)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement