JAKARTA - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyebut masjid memiliki potensi besar untuk membangun kemandirian umat. Syaratnya, masjid dapat dikelola secara profesional dan kolaboratif.
Kementerian Agama (Kemenag) melalui Sistem Informasi Masjid (SIMAS) mencatat, hingga 7 Oktober 2025, terdapat 315.740 masjid dan 387.819 musala terdaftar di seluruh Indonesia. Data tersebut menunjukkan besarnya potensi rumah ibadah untuk menjadi pusat kemajuan dan kesejahteraan umat.
“Jika semua masjid dan musala di Indonesia diberdayakan untuk pengelolaan dana umat secara kolektif, kita bisa menciptakan kemandirian umat tanpa harus terlalu bergantung pada pihak lain,” jelas Nasaruddin yang juga Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta itu, melansir laman Kemenag, Rabu (8/10/2025).
Menag mengungkapkan hal itu saat membuka Festival Masjid Berdaya Berdampak (MADADA) Fest 2025.
Kemenag mendorong agar masjid tak hanya menjadi tempat ibadah. Namun, masjid juga dapat tumbuh sebagai pusat pemberdayaan ekonomi umat dan penguatan kesadaran ekoteologis.
Menag menyebut konsep ini sebagai manajemen umat, yakni model pengelolaan terpadu yang mengoptimalkan potensi zakat, wakaf, infak, sedekah, kurban, fidyah, kafarat, dan dana sosial lainnya. Dengan sistem yang baik, katanya, kemiskinan mutlak dapat dihapuskan.
“Bahkan di masa depan, kebutuhan sosial seperti sembako, LPG, dan layanan dasar bisa dipenuhi melalui jaringan ekonomi umat yang terhubung langsung dengan rumah ibadah,” tuturnya.
Di sisi lain, terkait hal ini, Kemenag menggelar Pameran Foto Masjid pada festival tersebut. Pameran ini menampilkan potret beragam wajah masjid di Indonesia, mulai dari foto Masjid Ramah, Masjid Tua, Masjid Percontohan, hingga Masjid Berdaya Berdampak.
Kepala Subdirektorat Kemasjidan, Nurul Badruttamam, menambahkan ini merupakan bentuk apresiasi terhadap masjid-masjid yang telah menunjukkan wajah baru dalam pelayanan umat.
“Kami ingin menunjukkan di balik setiap bangunan masjid, ada kisah pengabdian dan gotong royong umat. Pameran ini mengabadikan semangat itu dalam bingkai visual, bagaimana nilai ibadah diwujudkan dalam kepedulian sosial dan kepeloporan lingkungan,” ujarnya.
Ia berharap pameran ini dapat menginspirasi pengelola masjid di seluruh Indonesia untuk terus berinovasi dan berjejaring. Menurutnya, kolaborasi antar-masjid akan memperkuat peran rumah ibadah sebagai pusat kemaslahatan umat.
“Masjid tidak boleh berdiri sendiri. Ia harus menjadi bagian dari jaringan besar yang saling menguatkan, baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun ekologi,” tutur Nurul.
(Erha Aprili Ramadhoni)